Indeks harga saham gabungan atau IHSG mengakhiri perdagangan sesi I Rabu (8/7) naik 1,3% menyentuh level 5.052,92. Kenaikan indeks ditopang oleh saham-saham perbankan, dengan sektor finansial melesat hingga 2,67%.
Saham-saham perbankan yang naik signifikan sebut saja saham Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang naik 2,67% di Rp 30.750 per saham, atau saham Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang melesat hingga 4,62% di Rp 3.170 per saham.
Begitu juga dengan saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang melejit 3,96% menjadi Rp 5.250 per saham. Lalu, Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 3,26% di Rp 4.750 per saham, Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) lompat 7,76% di Rp 1.320 per saham.
Selain itu, saham Bank Pembangunan Daerah (BPD) juga ikut menopang penguatan sektor finansial. Seperti BPD Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) yang naik 3,43% di Rp 905 per saham dan saham BPD Jawa Timur Tbk (BJTM) juga naik 2,75% di Rp 560 per saham.
(Video Bicara Data: Celah Berinvestasi di Masa Krisis Covid-19)
Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan bahwa salah satu sentimen positif untuk sektor perbankan datang dari komitmen pemerintah dalam membantu likuditas perbankan dengan menempatkan sejumlah dana di perbankan.
Terbaru, Kementerian Keuangan tengah mengkaji wacana penempatan dana bernilai triliunan kepada BPD. Kabarnya, ada empat BPD yang bakal menerima dana tersebut yaitu BPD Jawa Barat dan Banten (Bank BJB), BPD Jawa Timur (Bank Jatim), Bank DKI, dan BPD Jawa Tengah (Bank Jateng).
Rencana tersebut menyusul keputusan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang memindahkan dana sebesar Rp 30 triliun dari bank sentral ke bank Himbara, yaitu BRI, BNI, Bank Mandiri, dan BTN.
"Bantuan dana ke BPD itu juga bagus," kata Hans kepada Katadata. Pasalnya, kehadiran PBD bisa berperan langsung kepada bisnis di daerah. "Jadi, kalau dibantu, menjadi sentimen positif untuk pertahan terakhir daerah," katanya.
(Baca: Rumor dan Prospek di Balik Lonjakan Harga Saham Bank Jago Hampir 300%)
Dia menambahkan, sebenarnya penempatan dana di Himbara, nilainya relatif kecil jika dibandingkan dengan aset-aset Himbara. Tapi, langkah itu, minimal memberikan sinyal kepada pasar bahwa pemerintah serius membantu sektor riil.
Selain itu, meroketnya indeks pasar saham hari ini, juga disebabkan oleh penguatan bursa-bursa global dalam beberapa hari terakhir. Meski IHSG juga menguat, namun penguatannya tidak sebesar bursa-bursa global lainnya.
"Kalau dilihat, harusnya IHSG menguat dalam beberapa hari terakhir karena bursa global menguat. Tapi penguatan IHSG agak loyo, tidak ada tenaga sama sekali," kata Hans.
Penguatan bursa global dalam beberapa waktu terakhir, disebabkan likuiditas di pasar saham global memang sedang longgar. Namun, dana tersebut baru masuk ke pasar saham dalam negeri sedikit terlambat dibandingkan dengan bursa global lainnya.
(Baca: Suntikan Kookmin ke Bukopin Bisa Beri Sinyal Positif untuk Perbankan)
Hal tersebut terlihat dari dana asing yang hingga jeda perdagangan siang ini mengalir masuk ke dalam negeri dengan nilai pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 188,07 miliar di pasar reguler. Meskipun di pasar non-reguler investor asing melakukan penjualan dengan nilai bersih (net sell) Rp 26,82 miliar.
Saham perbankan, menjadi sasaran pembelian investor asing di pasar reguler. Terbesar adalah saham BBRI dengan nilai beli bersih Rp 151,3 miliar. Lalu, saham BBCA sebesar Rp 115,5 miliar.
Total volume saham yang diperdagangkan sejauh ini sebanyak 5,7 miliar unit dengan nilai Rp 5,15 triliun. Ada 212 saham yang ditutup menguat pada sesi satu ini, sementara 149 saham berada di zona merah, dan 175 saham lainnya tidak mengalami perubahan harga.
(Baca: Pemerintah Tempatkan Dana Rp 30 T ke Himbara, Bagaimana Mekanismenya?)