Trump dan Biden Bersaing Ketat, IHSG Anjlok 1%

ANTARA FOTO/REUTERS/Brian Snyder/AWW/dj
Calon presiden AS dari partai Demokrat yang juga mantan Wakil Presiden Joe Biden berada di penghentian kampanye di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, Selasa (27/10/2020).
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Yuliawati
4/11/2020, 16.41 WIB

Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup anjlok hingga 1,05% menyentuh level 5.105,19 pada perdagangan Rabu (4/11). Penurunan ini terjadi pada saat memasuki sesi kedua, padahal pada sesi pertama IHSG sempat menguat 0,55% menyentuh 5.188,01.

Anjloknya pasar saham dalam negeri ini, tidak sejalan dengan bursa-bursa utama di kawasan Asia. Seperti Nikkei 225 Index di Jepang dan Shanghai Composite Index di Tiongkok yang masing-masing menguat 1,72% dan 0,19%. Mengikuti IHSG, Hang Seng Index tercatat turun 0,21%.

Analis Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menilai, turunnya IHSG hari ini karena pengaruh dari perhitungan suara Pemilihan Presiden Amerika Serikat yang bersaing ketat antara petahana Donald Trump dan Joe Biden.

"Pasar untuk saat ini lebih ke cari aman, untuk sementara lebih wait and see dulu siapa yang bakal memenangi pemilu kali ini," kata Sukarno kepada Katadata.co.id, Rabu (4/11).

Ia menilai, baik Trump maupun Biden, sama-sama memiliki kebijakan proteksionis seperti melindungi produk barang dalam negeri atau insentif industri manufaktur domestik. Sehingga, keduanya dinilai memiliki kebijakan antiproduk Tiongkok dan mengedepankan produk lokal.

Dengan begitu, potensi perang dagang antara kedua negara dengan ekonomi terbesar di dua tersebut, dalam jangka waktu pendek masih memiliki potensi berlanjut. "Tapi dengan menangnya Biden setidaknya tidak lebih parah dibandingkan Trump yang senang menciptakan ketegangan secara terbuka," kata Sukarno.

Ia juga menilai jika Biden menang, ada peluang dana asing akan masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia. Artinya akan ada capital inflow untuk Indonesia, termasuk di pasar saham. Hingga perdagangan hari ini, asing sudah melepas portofolio saham dengan nilai bersih Rp 53,83 triliun.

"Saya rasa, dampak Pemilu AS dalam jangka pendek. Jika Biden menang, bisa jadi optimisme pasar kedepannya," kata Sukarno menambahkan.

Perhitungan suara setelah pencoblosan di pemilihan presiden Amerika Serikat masih berlangsung. Meski proses perhitungan terus berlanjut, Presiden Donald Trump mengklaim telah unggul dari pesaingnya, Joe Biden. "Saya akan membuat pernyataan malam ini. Sebuah kemenangan besar," kata Trump lewat cuitan di Twitter, Rabu (4/11).

Klaim Trump ini terlalu cepat karena proses perhitungan terus berlanjut. Dikutip dari BBC, data yang masuk 41 dari 50 negara bagian menunjukkan Biden unggul tipis 224 dibandingkan Trump dengan 213 elektor. Kandidat harus mengantongi 270 suara dewan elektoral untuk dapat maju ke Gedung Putih.

New York Times menyebutkan, Joe Biden berpeluang menang apabila memenangkan salah satu dari tiga negara bagian yakni Florida, Georgia, dan North Carolina. Namun, Trump sudah menguasai Florida, wilayah yang menjadi rebutan dua kandidat karena Demokrat dan Republik tak dominan di daerah ini.



Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, penurunan pada indeks hari ini memang secara kebetulan saja terjadi pada saat Pemilu Presiden AS. Ia menilai, penurunan IHSG hari ini karena adanya aksi ambil untung saja setelah indeks menguat pada Selasa (3/11).

"Penurunan IHSG ini kecil sekali dan nilai transaksinya tidak seberapa. Saya melihat ini sebagai profit taking setelah IHSG menguat beberapa hari," ujar William kepada Katadata.co.id, Rabu (4/11).

Seperti diketahui, hari ini total transaksi di pasar saham mencapai Rp 8,02 triliun yang berasal dari perdagangan sebanyak 13,09 miliar unit saham. Tercatat ada 281 saham yang bergerak turun, sedangkan 158 saham lainnya bergerak menguat. Hari ini, investor asing tercatat melakukan pembelian dengan nilai bersih Rp 7,74 miliar di seluruh pasar.

Efek Pemilu Presiden AS dinilai tidak signifikan terhadap indeks dalam negeri karena memang bukan sentimen utama untuk pasar. Pasalnya, yang saat ini menjadi perhatian pasar adalah pengaruh Covid-19 terhadap kinerja emiten.

Jika Pemilu Presiden AS ada dampaknya terhadap pasar saham, Ia menilai tidak akan lama. Proyeksinya, dampaknya paling lama hanya sekitar 2 bulan. Efek tersebut bisa timbul tergantung dengan kebijakan Presiden AS terpilih.

Meski begitu, William menilai jika Biden memenangi kontestasi empat tahunan sekali ini, bakal lebih menguntungkan untuk negara-negara di kawasan Asia. "Karena memungkinkan berakhirnya perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok," katanya.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji menilai indeks pasar saham hari ini memang sedikit dipengaruhi oleh Pemilu Presiden AS. Menurutnya, meski berjalan dengan sangat demokratis di tengah pandemi Covid-19, namun persaingan kedua calon sangat ketat.

"Asalkan tidak terjadi polarisasi yang menyebabkan terjadinya peningkatan tensi politik sehingga mengganggu stabilitas politik dan keamanan," kata Nafan kepada Katadata.co.id, Rabu (4/11).

Namun, selain karena adanya Pemilu Presiden AS, investor juga tengah menanti pengumuman produk domestik bruto triwulan III 2020. Pertumbuhan ekonomi tersebut diprediksi bergerak negatif, sehingga bisa digolongkan Indonesia mengalami resesi karena sudah dua triwulan pertumbuhannya negatif.

Berdasarkan indeks sektoral, indeks finansial tercatat turun paling besar pada hari ini yaitu 1,72%. Saham perbankan besar seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) ditutup anjlok 5% menyentuh harga Rp 5.700 per saham. Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga ditutup turun 1,19% menjadi Rp 29.100 per saham.

Sektor lainnya yang tercatat mengalami penurunan adalah properti sebesar 1,68%. Penurunan ini disebabkan saham PT Pollux Properti Indonesia Tbk (POLL) yang turun hingga 5,14% menjadi Rp 4.980 per saham. Saham PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) juga tercatat turun 2,37% menjadi Rp 412 per saham.

Reporter: Ihya Ulum Aldin