Bursa Global di Pengujung 2020: Wall Street Melesat, Eropa Rontok

ANTARA FOTO/REUTERS/Brendan McDermid/hp/cf
Perdagangan saham di New York Stock Exchange (NYSE) di New York, Amerika Serikat, Jumat (22/5/2020).
Penulis: Happy Fajrian
1/1/2021, 10.55 WIB

Perdagangan saham di berbagai negara masih dibuka hingga menjelang tahun baru 2021, dengan kinerja yang beragam. Bursa saham Amerika Serikat (AS) berhasil mencetak rekor tertinggi barunya, sedangkan sejumlah bursa Eropa menutup perdagangan terakhir di 2020 dengan koreksi.

Bursa saham AS di Wall Street, New York mengakhiri tahun penuh gejolak dengan indeks Dow Jones Industrial dan S&P 500 ditutup di level tertingginya pada Kamis (31/12) waktu setempat atau Jumat pagi waktu Indonesia.

Tiga indeks utama AS pun mencatatkan kenaikan tahunan yang kuat meski sempat terganggu oleh pandemi Covid-19. Hal ini lantaran optimisme investor yang menatap perkembangan dunia pasca pandemi.

Pada perdagangan kemarin, Dow Jones melesat 196,92 poin atau 0,65% ke level 30.606,48. Indeks S&P 500 naik 24,03 poin atau 0,64% ke level 3.756,07. Sedangkan indeks Nasdaq Composite naik 18,28 poin atau 0,14% ke level 12.888,28.

Adapun sepanjang 2020 indeks S&P 500 melesat 16,3% dibandingkan posisi penutupan 2019, Dow Jones naik 7,2%, dan Nasdaq terbang 43,6% yang menandai kenaikan tahunan terbesar untuk indeks teknologi berat sejak 2009.

Kinerja Wall Street yang positif pada pengujung tahun 2020 didorong oleh stimulus fiskal dan moneter besar-besaran AS untuk mendorong perekonomiannya yang terguncang pandemi, dan juga ditopang optimisme perkembangan vaksin dan vaksinasi.

“Ini adalah tahun yang bullish, dengan segala kegilaannya. Saya rasa investor telah memutuskan bahwa dunia telah berubah untuk selamanya, dengan pandemi corona sebagai katalisnya,” kata Head Research and Trade di Harvest Volatility Management Mike Zigmont, dikutip Reuters, Jumat (1/1).

USA-STOCKS (ANTARA FOTO/REUTERS/Brendan McDermid/AWW/dj)

Bursa Utama Eropa Berguguran

Nasib yang berbeda terjadi di bursa saham Benua Biru. Di Inggris, indeks acuan FTSE 100 Bursa Efek London mencatatkan penurunan selama dua hari berturut. Pada Kamis (31/12) FTSE 100 turun 1,45% atau 95,3 poin ke level 6.460,52 poin, setelah sehari sebelumnya turun 0,71%.

Saham International Consolidated Airlines Group, perusahaan induk maskapai penerbangan multinasional Inggris-Spanyol, menjadi saham top loser di antara saham-saham unggulan atau blue chips, dengan terkoreksi 4,51%.

Kemudian saham perusahaan minuman beralkohol multinasional Inggris, Diageo, menyusul dengan koreksi sebesar 3,78%, kemudian saham grup perusahaan layanan penjualan, pemasaran, dan dukungan internasional, DCC, anjlok 3,40%.

Di sisi lain, harga saham Avast, perusahaan keamanan siber terkemuka Inggris, melesat 1,42% dan mengukuhkan diri sebagai top gainers di perdagangan hari terakhir 2020.

Saham National Westminster Bank mengekor di belakang Avast dengan kenaikan 1,27%, serta saham  Pershing Square Holdings naik 1,18%.

Lalu indeks acuan IBEX 35 di Bursa Efek Madrid, Spanyol menutup tahun 2020 juga dengan koreksi selama dua hari berturut, turun 0,99% ke level 8.073,7 pada Kamis (31/12), setelah sehari sebelumnya turun 0,25% ke level 8.154,4.

Dari 35 saham perusahaan-perusahaan besar pilihan yang menjadi komponen indeks IBEX35, sebanyak 33 saham mengalami koreksi, dan hanya dua saham yang berhasil membukukan kenaikan.

Saham International Consolidated Airlines Group SA (IAG), maskapai penerbangan multinasional Inggris-Spanyol, menjadi saham top loser dengan koreksi 3,37%. Lalu saham perusahaan farmasi Spanyol Pharma Mar SA yang tergelincir 2,74%, serta saham Banco de Sabadell SA merosot 1,97%.

Sementara itu, dua saham unggulan yang naik yaitu perusahaan perancang dan produsen peralatan energi terbarukan Siemens Gamesa Renewable Energy SA sebesar 1,57%, serta saham perusahaan real estate investment trust (REIT) Merlin Properties Socimi SA naik 0,39%.

Senada, bursa saham Perancis juga menutup tahun2020 dengan koreksi sebesar 0,86% pada indeks acuannya CAC 40 ke level 5.551,41. Sehari sebelumnya indeks ini juga terkoreksi 0,22% ke level 5.599,41.

Dari 40 saham perusahaan-perusahaan besar pilihan yang tergabung dalam komponen indeks CAC 40, sebanyak 37 saham mengalami kerugian, hanya dua saham yang berhasil meraih keuntungan dan satu saham diperdagangkan tidak berubah.

Saham perusahaan raksasa manufaktur penerbangan Prancis Safran menjadi top loser dengan koreksi sebesar 2,56%. Sebaliknya saham produsen barang-barang fesyen mewah Perancis, Kering, menjadi top gainers dengan kenaikan 1,09%.