Harga batu bara dalam tren kenaikan sejak pertengahan Oktober 2020, setelah sempat turun akibat adanya pandemi Covid-19. Meski pada awal 2021 sempat turun, harga batu bara kembali naik signifikan dalam perdagangan dua hari terakhir.
Berdasarkan grafik di website Trading Economics, harga batu bara sempat turun hingga 5,1% menjadi US$ 83,5 per ton sejak awal tahun hingga 6 Januari 2021. Namun, pada perdagangan 8 Januari 2021, harganya menyentuh US$ 83 per ton, artinya naik 7,7% sejak turun.
Analis Samuel Sekuritas Dessy Lapagu mengatakan kenaikan harga ini disebabkan stok batu bara di banyak tempat pembangkit listrik di Tiongkok uang sedang tertekan. Salah satu penyebabnya adalah cuaca dingin yang melanda negara tersebut sehingga memaksa otoritas meningkatkan pengiriman.
Sentimen yang membuat harga batu bara naik saat ini sedang kuat, sehingga cukup mempengaruhi emiten domestik yang bergerak di bisnis batu bara. "Menurut kami, sentimen ini dapat terus bertahan pada pekan ini mengingat demand dari Tiongkok diperkirakan masih meningkat," kata Dessy kepada Katadata.co.id, Senin (11/1).
Pada perdagangan hari ini, harga saham beberapa emiten batu bara memang terus tancap gas. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang naik hingga 5,54% menjadi Rp 1.525 per saham. Kenaikan ini juga sudah terjadi sejak perdagangan 7 dan 8 Januari lalu, masing-masing sebesar 2,18% dan 2,85%.
Saham lain yang juga mendapat sentimen positif dari kenaikan harga batu bara adalah PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Saham perusahaan negara ini naik 2,11% menjadi Rp 2.910 per saham. Pada 7 dan 8 Januari, harga sahamnya juga naik masing-masing 5,22% dan 1,06%.
Harga saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) ditutup naik hingga 3,49% menjadi Rp 14.075 per saham. Kenaikan juga terjadi pada dua hari perdagangan terakhir pekan lalu, masing-masing 2,67% dan 0,93%.
Tim Riset Sinarmas Sekuritas mengatakan, tren kenaikan harga batu bara akan berlanjut lama karena harga batu bara tahun lalu yang sudah sempat mencapai siklus terbawahnya. Kenaikan harga batu bara ke depan, juga disebabkan oleh membaiknya keseimbangan antara permintaan dan pasokan.
"Selain itu, dengan kuota impor tahunan Tiongkok akan diperbarui pada awal 2021, kami dapat melihat harga batu bara bisa meningkat karena impor akan melonjak setelah dibatasi terlalu lama," kata tim riset dikutip dari Market Outlook 2021.
Mereka juga menilai, sikap keras Tiongkok terhadap larangan impor Australia, akan memberikan sentimen positif bagi Indonesia. Hal itu disebabkan, akan ada permintaan yang melonjak di 2021 terhadap batu bara dari Tanah Air. Perlu dicatat, Indonesia menyumbang 45% dari impor batu bara Tiongkok.
"Kami memperkirakan harga batu bara rata-rata pada US$ 70 hingga 75 per ton untuk tahun 2021 hingga 2022," kata tim riset tersebut menambahkan.
Beberapa saham favorit Sinarmas untuk emiten tambang batu bara, di antaranya ITMG dengan target harga Rp 16.800 per saham, ADRO dengan target harga Rp 1.850 per saham, PTBA dengan target pada harga Rp 3.200 per saham, lalu dan INDY yang memiliki target Rp 2.400 per saham.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andy Wibowo Gunawan mengatakan konsumsi listrik Tiongkok akan semakin meningkat setelah terkena efek pandemi Covid-19 pada awal tahun 2020. Meskipun secara musiman, konsumsi listrik di Tiongkok lebih tinggi pada semester 2, tapi Andy tetap percaya konsumsi listrik 2021 hingga 2022 bisa mengungguli angka pada 2020.
Andy berasumsi, produksi batu bara Tiongkok setahun penuh pada 2021 sebesar 3,49 miliar ton atau naik 2,7% dibanding tahun lalu. Sementara untuk produksi pada 2022, Andy memperkirakan produksinya sebanyak 3,51 miliar ton, naik 0,6% dari 2021.
"Sebagai catatan, kami memproyeksikan produksi batu bara 202o setahun penuh di Tiongkok akan mencapai 3,32 miliar ton. Karenanya, kami mempertahankan asumsi harga batu bara global rata-rata setahun penuh 2021-2022 pada masing-masing US$70 per ton dan US$ 75 per ton," kata Andy.
Andy pun mengungkapkan, target harga emiten batu bara, ADRO tahun ini bisa mencapai Rp 1.765 per saham. Sementara, ITMG juga memiliki target di harga Rp 16.900 per saham. Termasuk rekomendasi kepada PTBA yang memiliki target harga Rp 3.050 per saham.