Saham Unilever Sebabkan Sektor Konsumer Loyo Terdampak Rilis Inflasi

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Jakarta
Penulis: Ihya Ulum Aldin
1/3/2021, 16.42 WIB

Equity Technical Analyst Head of Research Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi mengatakan, inflasi yang masih rendah ini sebenarnya sudah diperkirakan oleh Bank Indonesia. Untuk itu, Bank Indonesia melakukan pelonggaran kebijakan suku bunga menjadi 3,5% pada Februari 2021.

"Saham-saham sektor konsumen pun terlihat masih tertekan akibat pola konsumtif masyarakat yang masih belum pulih," kata Lanjar kepada Katadata.co.id, Senin (1/3).

Meski saat ini saham sektor konsumer mengalami penurunan, Lanjar menilai sentimen dari rendahnya inflasi ini hanya sesaat saja. Pasalnya, rata-rata harga saham sektor konsumer sudah undervalue saat ini, sehingga ada potensi kembali menguat.

Inflasi Februari Melambat

BPS mengumumkan inflasi Februari 2021 sebesar 0,10%, melambat dibandingkan Januari yang mencapai 0,26% atau periode yang sama tahun lalu 0,28%. Inflasi yang rendah menunjukkan permintaan masyarakat masih lemah seiring masih adanya bayang-bayang dampak pandemi Covid-19.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan tingkat inflasi tahun kalender Januari-Februari 2021 tercatat 0,36%, sedangkan inflasi tahunan 1,38%. "Dari 90 kota inflasi yang dipantau BPS, 56 kota mengalami inflasi, sedangkan 34 kota mengalami deflasi," kata Suhariyanto dalam Konferensi Pers secara virtual, Senin (1/3).

Pergerakan inflasi bulanan maupun tahunan pada Januari 2021 melambat. Ini, menurut dia, mengindikasikan bahwa dampak pandemi Covid-19 masih membayang-bayangi perekonomian tak hanya di Indonesia tetapi berbagai negara.

"Ini harus diwaspadai karena pandemi menyebabkan mobilitas berkurang, roda ekonomi bergerak lambat, berpengaruh ke pendapatan dan lemahnya permintaan," katanya.

Halaman: