Sejumlah unicorn mengumumkan rencana untuk melantai di pasar modal nasional dalam beberapa waktu terakhir. Untuk menyambut perusahaan raksasa bidang teknologi tersebut, Bursa Efek Indonesia (BEI) menyiapkan beberapa strategi.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyampaikan pihaknya tanggap terhadap perubahan model bisnis perusahaan-perusahaan nasional. Hal ini termasuk mencoba adaptif dengan kemunculan Centaur, Unicorn, dan Decacorn di Tanah Air.
Bursa juga mendukung calon perusahaan tercatat yang akan menawarkan saham perdana atau initial public offering (IPO). "Baik itu perusahaan dengan model bisnis konvensional, maupun perusahaan yang bergerak pada sektor teknologi, seperti Centaur, Unicorn, dan Decacorn," ujar Nyoman dalam pesan singkatnya, Rabu (29/8).
Centaur merupakan sebutan bagi perusahaan rintisan (startup) dengan valuasi di bawah US$ 1 miliar, dan Unicorn memiliki valuasi di atas US$ 1 miliar. Sedangkan valuasi decacorn lebih dari US$ 10 miliar.
Saat ini, menurut dia, otoritas bursa cukup intens menyelenggarakan kegiatan sosialisasi menjadi perusahaan terbuka atau go public kepada para pemangku kepentingan.
Kegiatan sosialisasi go public tersebut dikemas dalam kegiatan sosialisasi antara BEI dengan calon perusahaan tercatat. Selain itu, bursa juga menyelenggarakan webinar. Hal itu dilakukan berkolaborasi dengan para perusahaan penjamin emisi, perusahaan tercatat yang bekerja sama dengan komunitas, asosiasi, maupun modal ventura.
Nyoman mengatakan, beberapa hal lain yang dilakukan BEI untuk mendukung rencana IPO unicorn adalah aktif berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam proses penyusunan Rancangan Peraturan OJK (RPOJK) tentang Penerapan Klasifikasi Saham dengan Hak Suara Multipel di Indonesia.
BEI juga dalam proses melakukan perubahan Peraturan I-A untuk membuka opsi yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai sektor industri. Hal ini termasuk perusahaan teknologi yang valuasinya sudah mencapai Centaur, Unicorn, dan Decacorn, tentu dengan tetap memperhatikan kualitas perusahaan tercatat.
"BEI berharap kedua peraturan tersebut dapat segera difinalisasi untuk kemudian segera digunakan oleh pemangku kepentingan di pasar modal Indonesia," katanya.
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Johnny G Plate mengungkapkan, Indonesia memiliki satu decacorn dan tujuh unicorn saat ini. Untuk itu, pemerintah menyiapkan sejumlah strategi untuk mendukung ekosistem startup.
"Perekonomian digital Indonesia saat ini terus tumbuh didukung oleh startup. Saat ini, terdapat satu decacorn dan tujuh unicorn di Indonesia," kata Johnny, Selasa (28/9).
Namun, Johnny tidak memerinci startup yang dimaksud. Jika mengacu pada laporan CB Insights bertajuk ‘The Complete List of Unicorn Companies’, Indonesia memiliki satu decacorn yakni Gojek. Selain itu, ada enam unicorn yaitu Bukalapak, Tokopedia, Traveloka, OVO, J&T, dan OnlinePajak.
Di sisi lain, Gojek, Tokopedia, dan OnlinePajak tak lagi ada di daftar tersebut. Kemudian, Tiket.com disebut salah satu unicorn oleh Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi saat rapat dengan Komisi VI DPR, bulan lalu (23/8).
Sedangkan Blibli, Kredivo, dan Xendit mengklaim sudah memiliki valuasi di atas US$ 1 miliar. Namun keempat nama tersebut tak ada di daftar CB Insights.