Mengapa Lo Kheng Hong Puasa Beli Saham IPO 20 Tahun?

ANTARA FOTO/Galih Pradipta/wsj.
Ilustrasi perdagangan di Bursa Efek Indonesia
Penulis: Syahrizal Sidik
12/4/2022, 10.56 WIB

Kemarin, pasar modal Tanah Air kedatangan perusahaan teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Saat debut perdana melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), saham GOTO kemarin melesat 18% ke level Rp 400 per saham.

GoTo menawarkan sebanyak 46,7 miliar saham denga harga pelaksanaan Rp 338 per saham. Beriringan dengan kenaikan itu, nilai kapitalisasi pasar GoTo juga meningkat menjadi Rp 469 triliun, melampaui nilai kapitalisasi pasar BUMN telekomunikasi, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) senilai Rp 453 triliun. Alhasil, GOTO masuk perusahaan urutan ketiga di BEI dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar setelah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM). 

Bila dibandingkan dengan perusahaan teknologi yang lebih dulu melantai di BEI, saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) melesat 24,71% dengan nilai kapitalisasi pasarnya sempat menyentuh Rp 109 triliun atau masuk dalam daftar 12 perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di pasar modal domestik.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna Setia, dalam seremoni pencatatan saham perdana menyampaikan,  GOTO menjadi perusahan tercatat ke 15 di 2022 dan menjadi emiten ke-781 di Bursa. "Pencataan saham GoTo sangat dinantikan oleh para investor. IPO GoTo menjadi milestone penting baik bagi perusahah mupun perjalanan industri pasar modal Indonesia," kata Nyoman di Gedung BEI, Jakarta.

Namun, di balik gegap gempita itu, nama investor kenamaan Lo Kheng Hong justru tak menyeruak. Secara tegas, dalam sebuah sesi secara daring di Instagram Lukas Setiaatmadja, Lo menegaskan dirinya sudah 20 tahun lebih puasa membeli saham perusahaan yang melakukan penawaran umum (initial public offering/IPO).

Menurut investor kawakan yang dijuluki Warren Buffet Indonesia itu, saham-saham perusahaan debutan IPO menawarkan harga yang tidak murah, terlebih saham-saham seperti perusahaan teknologi dan bank digital yang nilai buku dibanding harga sahamnya (Price to Book Value/PBV) bisa puluhan kali.

"Saya sudah tidak membeli saham IPO 20 tahun lebih karena tidak mungkin pemilik perusahaan dan penjamin emisi mau menjual di harga murah, pasti mereka mau menjual harga IPO semahal-mahalnya," terang Lo.

Lo juga menegaskan, dirinya adalah tipe investor yang konservatif, perusahaan yang hendak dibelinya harus menunjukkan fundamental bisnis yang kuat terlebih dahulu yang ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan mencetak laba.

"Mana mungkin saya beli saya perusaahaan teknologi yang valuasinya bisa 10 kali nilai buku, perusahaannya masih rugi. Seperti Bank Jago, PBV 90 kali, saya gak ikuti, aset Rp 1 triliun lebih gak mungkin saya membeli," ujarnya.

Investor kelahiran 20 Februari 1959 ini memang terkenal menerapkan prinsip value investing, atau berinvestasi dengan membeli saham dengan harga murah, tapi berpotensi terus bertumbuh. Lo mengibaratkan, membeli saham seharga Avanza tapi bisa dijual seharga Mercy.

Lo Kheng Hong tercatat menjadi pemegang saham dengan kepemilikan di atas 5% di beberapa emiten seperti PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN), emiten multifinance dari Grup Panin, lalu saham pabrik ban PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) dan saham emiten media Grup MNC PT Global Mediacom Tbk (BMTR). Selain itu, dia juga menjadi pemegang saham di emiten tambang grup Indika Energy, PT Petrosea Tbk (PTRO).