IHSG Masih Berpotensi Turun, Saham Komoditas dan Tambang Jadi Pilihan
Tren koreksi indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan masih belum berakhir. Analis memperkirakan IHSG hari ini, Jumat (13/5), bergerak di kisaran 6.411-6.676 setelah mengakhiri perdagangan Kamis (12/5) terkoreksi sebesar 3,17% ke level 6.599,840.
CEO PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan, pola gerak IHSG hingga saat ini masih dibayangi oleh gelombang tekanan yang terlihat belum akan berakhir dengan support level yang kembali diuji kekuatannya.
Sementara itu, jelang rilis data perekonomian cadangan devisa pada hari ini yang disinyalir masih akan menunjukkan kondisi stabil, diharapkan dapat memberikan sentimen positif bagi pergerakan IHSG.
"Peluang tekanan yang terjadi dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan akumulasi pembelian dengan target investasi jangka panjang," kata William dalam risetnya, dikutip Jumat (13/5).
William merekomendasikan investor untuk memantau saham Astra Agro Lestari (AALI), Gudang Garam (GGRM), Astra International (ASII), Jasa Marga (JSMR), Alam Sutera Realty (ASRI), Indo Tambangraya Megah (ITMG), dan Telkom Indonesia (TLKM).
Sementara itu, analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova juga mengatakan bahwa, IHSG menghadapi support di level 6.515 dengan peluang rebound, apabila mampu ditutup di atas level tersebut pada chart harian.
Adapun, titik resistance IHSG hari ini diperkirakan ada di posisi 6.739, 6.840 dan 6.921, sedangkan titik support ada di posisi 6.515, 6.400 dan 6.287. Simak pergerakan harian IHSG sepekan terakhir pada databoks berikut:
Sebagai informasi, support merupakan area harga saham tertentu yang diyakini sebagai titik terendah pada satu waktu. Saat menyentuh support, harga umumnya akan kembali tumbuh karena peningkatan pembelian. Jika harga terus melemah, harga akan terus menurun untuk menemukan titik support baru.
Sedangkan resisten adalah tingkat harga saham tertentu yang dinilai sebagai titik tertinggi. Setelah saham menyentuh level ini, biasanya akan ada aksi jual cukup besar hingga laju kenaikan harga tertahan.
Ivan merekomendasikan buy on weakness pada Bank Central Asia Tbk (BBCA) di rentang harga 7.100-7.250. Ia memperkirakan, BBCA akan membuka peluang rebound apabila tetap ditutup di level 7.100 atau lebih pada chart hariannya.
Kemudian, ia juga menyarankan untuk buy on weakness pada saham Timah (TINS) di rentang harga 1.555-1.585, dan hold atau buy on weakness saham Unilever Indonesia (UNVR) di rentang harga 4.400-4.500. UNVR berpeluang melanjutkan tren naik sebelumnya apabila harga penutupan hariannya di level 4.330 atau lebih.
Ia merekomendasikan speculative buy pada saham Tower Bersama (TOWR) di rentang harga 900-930. TOWR diperkirakan melanjutkan fase downtrend menuju support berikutnya di level 910 sebagai target koreksi dari wave (c) dari [y].
Terakhir, Ivan merekomendasikan speculative buy di rentang harga 2.040-2.150 pada saham Aneka Tambang (ANTM).