Harga Terus Loyo, Exchanges Harus Jaga Kepercayaan Investor Kripto

Unsplash/Executium
Ilustrasi mata uang crypto
Penulis: Lona Olavia
26/12/2022, 10.53 WIB

Fenomena mengenai kripto yang masif terjadi pada tahun 2022, sangat berpengaruh terhadap naik turunnya harga kripto. Dikutip dari video Indodax Room Special Nataru 2022 yang tayang di kanal youtube Indodax, CEO Indodax Oscar Darmawan mengatakan bahwa tahun 2022 adalah tahun di mana market kripto berada dalam fase winter.

Pelajaran yang Indodax ambil dari fenomena di tahun 2022 adalah setiap exchange atau calon pedagang aset kripto perlu menjaga kepercayaan anggota atau investor kripto.

 "Bisnis exchange sendiri hanya sebagai wadah untuk mempertemukan pembeli dan penjual. Dengan demikian, uang nasabah tidak boleh disentuh sama sekali. Exchange yang tidak menyentuh uang member akan menjadi exchange yang bertahan dan tidak akan mengalami kesulitan likuiditas. Hal ini dibuktikan dengan adanya proof of reserve dan proof of liability yang baik. Sehingga jika terjadi withdraw oleh para nasabah, exchange akan tetap berjalan secara solid," jelas Oscar dikutip Senin (26/12).

Tidak hanya itu, mengenai pasar yang mengalami fase bearish di tahun 2022, Oscar berpendapat bahwa jika dilihat secara historikal, momen kripto sedang turun adalah masa-masa yang tepat untuk mengakumulasikan kripto dan untuk dijual nantinya ketika harga naik.

Oscar juga mengajak para trader kripto untuk mulai mengakumulasi kripto dengan dollar cost averaging di masa sebelum halving sebagai waktu paling tepat untuk membeli kripto karena ada potensi kenaikan setelah halving Bitcoin yang akan terjadi di awal 2024.

Terkait kasus FTX yang terjadi beberapa waktu lalu, diakuinya tentu sangat berpengaruh terhadap pasar kripto di 2022 yang sedang dalam fase bearish. Sampai saat ini pun belum tahu lembaga mana saja yang ikut menaruh uangnya di FTX.

Kata Oscar, kasus FTX mirip seperti kejadian 2014 silam yang menimpa exchange terbesar saat itu yaitu Mt Gox. Ketika Mt Gox pailit, banyak bursa lainnya yang ikut terseret karena aset bursa tersebut banyak yang disimpan disitu dan tidak bisa cair dari Mt Gox. Kejadian FTX dan Mt Gox efeknya sistematik dan domino. 

“Saya perkirakan di kuartal satu dan dua 2023 kita bisa melihat keseluruhan damage dari FTX ini. Melihat pengaruhnya terhadap bursa kripto, selama bursa kripto tersebut berjalan secara konservatif alias hanya sebagai wadah mempertemukan penjual dan pembeli dan tidak menaruh aset nasabah di tempat lain, maka kasus FTX ini tidak akan begitu berpengaruh terhadap kejatuhan suatu bursa," jelas Oscar.

Sementara itu, Analis kripto Afid Sugiono mengatakan, sehubungan dengan bangkrutnya FTX, investor mengalami trust issue kepada pertukaran terpusat. Investor mulai melirik platform-platform terdesentralisasi untuk kebutuhan mereka, seperti untuk swap token menggunakan Uniswap (ERC20) dan Pancakeswap (BEP20). Kemudian untuk self custody investor mulai melirik Trust wallet dan iSafepal.

Soal proyeksi kripto tahun depan, dia menilai pasar diprediksi akan masuk masa pemulihan, didorong melunaknya sikap The Fed yang tidak agresif menaikkan suku bunganya. Hal ini juga didorong oleh adopsi kripto yang semakin luas dan banyak institusi yang masuk ke industri kripto. Serta, masih banyak investor yang percaya terhadap kripto.

 Sedangkan, negatifnya adalah efek bangkrut FTX, regulasi kripto global, suku bunga bank sentral, inflasi dan resesi, dan konflik geopolitik yang masih panas.

“Kemungkinan kripto akan sideways dengan kebijakan The Fed yang belum berhenti menurunkan kenaikkan tingkat suku bunga acuannya,” kata Afid.

Senada, dia pun mengimbau agar para investor tetap selalu melihat potensi ke depan dan jangan panik.

“Strategi nabung kripto lewat dollar cost averaging perlu. Trader juga bisa lakukan scalping,” imbau Afid.