PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membukukan laba bersih Rp 968,7 miliar pada 2022, yang menandai pertumbuhan tahunan 9,9% dari tahun sebelumnya. BEI membukukan laba itu di tengah peningkatan pendapatan secara konsolidasi.
Pada 2022, pendapatan secara keseluruhan naik 10,5% ke Rp 2,9 triliun dari tahun sebelumnya. Adapun kontribusi dari transaksi bursa terhadap total pendapatan usaha tercatat sebesar 80%.
Sementara itu, pendapatan nontransaksi bursa berkontribusi sebesar 4,6%. "Ada pula pendapatan investasi yang diperoleh karena penempatan dan anak usaha kita,” kata Direktur Utama BEI Iman Rachman dalam konferensi pers Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), pada Rabu (28/6).
Selain itu, menurut Iman, BEI mencatatkan kinerja positif sepanjang 2022 yang terlihat dari pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tumbuh sekitar 4% ke 6.850,62 pada akhir 2022. Padahal, indeks saham di sejumlah negara, seperti di Malaysia, Kanada, Tiongkok, dan Amerika Serikat, justru merosot.
Di tengah kemerosotan pasar modal di berbagai negara itu, lanjut Iman, investor asing masih menaruh kepercayaan terhadap pasar modal Indonesia. Hal itu terefleksikan dalam nilai beli bersih yang mencapai Rp 60,6 triliun pada 2022.
Catatan lainnya, nilai kapitalisasi pasar di bursa Indonesia sempat menyentuh level tertinggi, yaitu Rp 9,8 kuadriliun, pada 27 April 2023. Melonjaknya nilai kapitalisasi pasar itu sejalan dengan pertumbuhan jumlah perusahaan tercatat di bursa.
Pada 2022, BEI mencatatkan 59 perusahaan yang melakukan IPO dan mencatatkan sahamnya di bursa. Jika ditotal, jumlah perusahaan yang tercatat di bursa sebesar 825 perusahaan hingga akhir 2022.
Selain itu, Iman menambahkan, ada tren menarik dalam pertumbuhan aset BEI. Pada 2022, nilai aset operator bursa itu mencapai Rp 10,8 triliun. Ini menandai pertumbuhan gabungan tahunan (CAGR) hingga 12% sejak 2018 atau dalam lima tahun terakhir.
Seiring dengan meningkatnya pendapatan, beban BEI pada tahun 2022 tercatat sebesar Rp 1,69 triliun, naik 11% dari tahun 2022. Menurut Iman, sebagian besar dari beban tersebut berasal dari gaji dan tunjangan.
Dalam RUPST tersebut, para pemegang saham menyepakati untuk menambah modal perseroan yang semula sebesar Rp 27 miliar, ditingkatkan menjadi Rp 1,5 triliun.