Investor kenamaan dunia yang juga orang terkaya ke-83 Forbes, Ray Dalio memperingatkan, Amerika Serikat akan menghadapi risiko krisis utang.
Hal ini mengingat, tingkat utang Amerika melampaui $33 triliun untuk pertama kalinya pada bulan ini ketika anggota parlemen menegosiasikan rancangan undang-undang pengeluaran AS sebelum batas waktu 1 Oktober. Kegagalan untuk mencapai kesepakatan dapat berarti penutupan pemerintahan dan meningkatkan risiko utang negara.
“Kita akan mengalami krisis utang di negara ini. Seberapa cepat hal ini terjadi, menurut saya, akan tergantung pada masalah pasokan-permintaan, jadi saya memperhatikannya dengan cermat," kata pendiri lembaga pengelola investasi global, Bridgewater Associates ini, seperti dikutip dari CNBC International, Jumat (29/9).
Tingkat utang AS telah membengkak dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah peningkatan belanja federal sebesar sekitar 50% antara tahun fiskal 2019 dan tahun fiskal 2021, menurut Departemen Keuangan AS.
Investor khawatir suku bunga akan terus naik seiring memburuknya situasi fiskal AS, sehingga mengurangi permintaan terhadap obligasi pemerintah Amerika.
Dalio khawatir akan ada lebih banyak hambatan bagi perekonomian selain tingkat utang yang tinggi, dan mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia bisa turun, bahkan mencapai 0%. “Saya pikir perekonomian akan mengalami perlambatan yang berarti,” kata Dalio.
Sebab itu, Dalio memperingatkan agar investor harus memiliki portofolio investasi yang terdiversifikasi karena tantangan ekonomi dan geopolitik masih terus berlanjut. “Diversifikasi dapat mengurangi risiko jika Anda tahu cara melakukannya dengan baik,” ujar Dalio.
Secara sederhana, diversifikasi diartikan sebagai strategi investasi dengan menempatkan berbagai aset kelas ke berbagai instrumen, seperti misalnya menempatkan investasi di saham, obligasi, emas, hingga reksa dana. Hal ini dilakukan, ketika salah satu instrumen mengalami kejatuhan, investor masih dapat memperoleh keuntungan di aset kelas lainnya.
Ray juga meminta agar pelaku pasar memperhatikan dampak disrupsi yang besar yang akan terjadi karena dunia akan berubah secara radikal dalam lima tahun ke depan. "Dan ini akan menjadi sangat berbeda dari tahun ke tahun,” jelasnya.