Bursa Efek Indonesia (BEI) membukukan kinerja kurang memuaskan sepanjang Januari–Desember 2023. Hal disebabkan penurunan laba secara signifikan karena pendapatan usaha terkait transaksi bursa anjlok pada tahun lalu.
Berdasarkan laporan keuangan BEI, laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp 573,28 miliar pada tahun buku 2023. Nilai tersebut anjlok 40,52% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 964,27 miliar pada 2022.
Penurunan laba tersebut sejalan dengan merosotnya pendapatan perseroan senilai Rp 2,49 triliun pada tahun 2023. Angka ini merosot 14% dari pendapatan tahun yang sebelumnya mencapai Rp 2,90 triliun.
Secara rinci, pendapatan usaha terkait transaksi bursa turun 23,03% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 1,82 triliun pada akhir tahun 2023. Sebaliknya, pendapatan usaha selain transaksi bursa naik 43,2% menjadi Rp 192,06 miliar secara tahunan.
Pendapatan investasi melonjak 46,8% yoy menjadi Rp 279,69 miliar. Kemudian diikuti oleh setoran laba bersih anak usaha atau entitas asosiasi naik 3,8% yoy menjadi Rp 163,83 miliar.
Pada tahun yang sama, jumlah beban juga membengkak 7,6% yoy menjadi Rp 1,82 triliun. Salah satu beban terberat adalah kenaikan gaji dan tunjangan sebesar 19,2% yoy menjadi Rp 767,34 miliar. Akibatnya, laba sebelum pajak dan beban pajak penghasilan merosot 44,4% yoy menjadi Rp 674,91 miliar.
Sementara itu, jumlah liabilitas berkurang sebesar 23,2% yoy menjadi Rp 3,02 triliun pada akhir tahun 2023. Kemudian, total ekuitas meningkat sebesar 7,8% yoy menjadi Rp 7,47 triliun pada tahun yang sama.