Bank Mandiri (BMRI) Bakal Tebar Dividen Interim Jumbo Rp 9,3 Triliun

Bank Mandiri
Bank Mandiri membukukan laba bersih Rp 37,7 triliun hingga kuartal III 2025, turun 10,23% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 42 triliun.
Penulis: Karunia Putri
Editor: Agustiyanti
19/12/2025, 09.34 WIB

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) akan membagikan dividen interim sebesar Rp 1,93 triliun atau Rp 100 per saham. 

Manajemen Bank Mandiri menyampaikan, jadwal pembagian dividen interim akan diumumkan sesuai ketentuan Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor Kep-00077/01-2021 tentang perubahan ketentuan pelaksanaan pembagian dividen saham, saham bonus dan dividen interim.

“Pembagian dividen interim untuk tahun buku 2025 tidak memberikan dampak material terhadap kegiatan operasional, aspek hukum, kondisi keuangan, maupun kelangsungan usaha perseroan,” demikian penjelaskan manajemen BMRI dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, dikutip Jumat (9/12).

Jika melihat rekam jejaknya, emiten perbankan pelat merah ini konsisten membagikan dividen cukup besar setiap tahun. Pada tahun buku 2024, BMRI membagikan dividen Rp 466,18 per saham, sedangkan pada tahun buku 2023 sebesar Rp 353,96 per saham.

Bank Mandiri membukukan laba bersih Rp 37,7 triliun hingga kuartal III 2025, turun 10,23% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 42 triliun. Penurunan laba terjadi meski penyaluran kredit tumbuh 11% secara tahunan.

“Kami fokus menjaga pertumbuhan yang berkualitas, didukung tata kelola risiko yang disiplin serta sinergi lintas segmen dan sektor untuk memperkuat daya saing ekonomi nasional,” ujar Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri Novita Widya Anggraini dalam paparan publik virtual, Senin (27/10).

Hingga kuartal III 2025, penyaluran kredit konsolidasi Bank Mandiri mencapai Rp 1.764,32 triliun, tumbuh 11% secara tahunan. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata kredit perbankan nasional yang tercatat 7,7%. Total aset konsolidasi Bank Mandiri juga meningkat 10,3% secara tahunan menjadi Rp 2.563 triliun.

Pertumbuhan kredit tersebut diiringi dengan kualitas aset yang tetap terjaga. Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross bank only tercatat sebesar 1,03%, dengan coverage ratio yang solid di level 271%.

“Kami melihat sektor padat karya, industri berorientasi ekspor, serta industri makanan dan minuman masih menjadi motor pertumbuhan utama. Kredit di sektor-sektor ini memberikan efek berganda terhadap penciptaan lapangan kerja dan daya beli masyarakat,” kata Novita.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Karunia Putri