Kinerja PT Bank Mandiri (Persero) Tbk membaik pada semester I 2017. Pertumbuhan kredit mencapai 11,6% menjadi Rp 682 triliun, lebih tinggi dibanding pertumbuhan kredit pada periode sama tahun lalu yang sekitar 10%. Namun, rasio kredit seret (Non Performing Loan/NPL) gross perseroan masih tinggi yaitu sebesar 3,86%.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengakui NPL perseroan belum turun tajam. Namun, sudah menurun dibanding posisi akhir tahun lalu yang sebesar 4%. "NPL memang masih belum turun tajam. Tetapi sudah mulai melandai. Tahun ini kami targetkan NPL di sekitar 3,5-3,6%," ujar dia saat Konferensi Pers, di Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu (18/7). (Baca juga: Bank Mandiri Minta Sevel Jual Aset Guna Tutup Kredit Macet)
Adapun pertumbuhan kredit terjadi di seluruh kelompok pembiayaan. Kredit modal kerja tumbuh sebesar 5,2% menjadi Rp 319,9 triliun, kredit investasi tumbuh 16,6 persen menjadi Rp 194,4 triliun, serta kredit konsumer tumbuh 20% menjadi Rp 91,3 triliun. Sampai akhir tahun, ia menargetkan pertumbuhan kredit berkisar 11-13%.
Bila dilihat secara sektoral, penyaluran kredit yang cukup besar yakni untuk sektor infrastruktur sebesar Rp 133,7 triliun atau tumbuh 15% dibanding periode sama tahun lalu. Kredit disalurkan untuk pembangunan jalan raya dan tol sebesar Rp 8,4 triliun, transportasi Rp 36 triliun, tenaga listrik Rp 27 triliun, minyak dan gas bumi serta energi terbarukan Rp 20,9 triliun, konstruksi Rp 13,1 triliun, dan telematika Rp 8,5 triliun.
Seiring dengan tingginya pertumbuhan kredit, aset perusahaan naik sebesar 9,9 persen menjadi Rp 1.067,4 triliun. Di sisi lain, laba bersih tumbuh 33,7% menjadi Rp 9,5 triliun. (Baca juga: Laba BNI Semester I Melonjak 47% Berkat Derasnya Penyaluran Kredit)
Secara rinci, Kartika menjelaskan, laba perusahaan disokong oleh pendapatan bunga bersih yang mengalami pertumbuhan sebesar 6% menjadi Rp 25,7 triliun dan pendapatan dari bisnis jasa perbankan atau fee based income yang tumbuh 18,5% menjadi Rp 10,9 triliun. (Baca juga: Bank Mandiri Suntik Modal Startup Cashlez untuk Saingi Mesin EDC)
Dari segi penghimpunan dana nasabah, perseroan mencatatkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 10,1% menjadi Rp 760,9 triliun. Adapun dana murah (giro dan tabungan) tumbuh 11,6% menjadi Rp 490,2 triliun. Dengan demikian, rasio dana murah terhadap total DPK menjadi 64,43%.
Ke depan, Direktur Risk Management and Compliance Bank Mandiri Ahmad Siddik B. menyatakan pihaknya masih akan meneruskan langkah-langkah untuk mengendalikan NPL guna mendukung kinerja perusahaan. Langkah yang dilakukan di antaranya percepatan restrukturisasi bagi debitor yang masih memiliki prospek usaha dan melakukan penagihan yang lebih intensif hingga melakukan tindakan litigasi.
Selain itu, pihaknya juga menetapkan dan memonitor pertumbuhan kredit atas dasar target portofolio mix yang telah ditetapkan, meliputi sektoral, industri, produk, segmen debitor. Pengawasan kredit juga ditingkatkan.