Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan latar belakang perombakan jajaran direksi di PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). Ia merasa perlu ada penyegaran di BNI agar kinerjanya menjadi lebih bagus lagi di tengah pandemi virus corona atau Covid-19.
"Kalau kami lihat dari kondisi pada saat ini karena pandemi Covid-19 isu dari sektor keuangan sangat penting, keuangan itu termasuk perbankan. Harapannya dengan penggantian direksi ini kinerja makin bagus," kata Erick di komplek Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jakarta, Kamis (3/9).
Erick pun menilai bahwa pasar pun merespons pilihannya tersebut dengan positif. Terlihat dari saham berkode BBNI tersebut hari ini ditutup naik hingga 2,39% menyentuh harga Rp 5.350 per saham. Kenaikan tersebut dicapai di tengah penurunan harga saham bank-bank milik pemerintah lainnya.
Ia melihat bahwa strateginya mengganti jajaran direksi BNI ini merupakan strategi jangka menengah dengan didasari pada data-data jangka pendek. Sebab, di tengah pandemi corona ini diharapkan performa bank pelat merah tidak turun.
Untuk itu, kunci agar tetap menjaga performa BNI di tengah ekonomi yang lesu adalah jajaran manajemen yang diharapkan bisa kompak, baik sesama direksi maupun dengan komisaris. Jika antara direksi atau hubungan direksi dan komisaris tidak kompak, tidak akan bagus buat perusahaan BUMN tersebut.
"Karena itu dari awal, kan saya selalu bilang bahwa untuk mengawasi begitu banyak BUMN, saya perlu Direksi dan Komisaris yang kuat. Mereka harus bisa kerja sama, saling bantu dan saling mengawasi," ujarnya.
Perombakan yang terjadi pada BNI dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Rabu (2/9) menempatkan Royke Tumilaar sebagai Direktur Utama. Sebelumnya ia merupakan Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk.
Pemindahan Royke tersebut, ternyata juga diikuti oleh setidaknya empat bankir Bank Mandiri lainnya ke BNI antara lain Silvano Rumantir, Novita Widya Anggraini, David Pirzada dan Muhammad Iqbal.
Erick menampik bahwa dirinya menganakemaskan talenta-talenta yang berasal dari Bank Mandiri. Ia mengatakan bahwa latar belakang kelima orang tersebut tidak semuanya asli berasal dari Bank Mandiri, melainkan direkrut. Jadi ia berkesimpulan bahwa talenta yang direkrut Bank Mandiri merupakan individu yang memiliki kapasitas mumpuni.
Dalam RUPSLB, Direktur Keuangan dan Strategis Bank Mandiri Silvano Rumantir ditunjuk sebagai Direktur Corporate Banking BNI menggantikan Benny Yoslim. Sementara Novita ditunjuk menduduki kursi Direktur Keuangan BNI yang sebelumnya dijabat oleh Sigit Prastowo. Di Bank Mandiri, Novita menjabat sebagai SVP Strategy & Performance Management.
Kemudian, David Pirzada yang merupakan Senior Executive Vice President (SEVP) Wholesale Risk ditunjuk sebagai Direktur Manajemen Risiko BNI, menggantikan Osbal Saragi Rumahorbo.
Terakhir, Muhammad Iqbal yang memegang posisi sebagai SVP Small Medium Enterprise Banking Bank Mandiri ditunjuk sebagai Direktur Bisnis UMKM BNI menggantikan Tambok Parullian Setyawati.