Sektor properti mulai menggeliat dan kini dapat kembali menjadi pilihan investasi di tengah pandemi Covid-19. CEO Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda melihat, sekarang adalah waktu tepat untuk kembali investasi properti, khususnya pada hunian tapak.
Hal tersebut didukung oleh kinerja sektor properti kuartal pertama 2021 yang mulai menunjukkan peningkatan, meskipun masih terbatas. Ke depan, isu vaksin akan menjadi game changer peningkatan pasar properti. Tipe landed residential diprediksi masih akan menjadi primadona dibandingkan jenis properti lainnya.
“Ketika semuanya sudah berjalan bagus, maka harga tidak akan dapat di tahan lagi. Semua akan menaikkan harga,” kata Ali kepada Katadata.co.id, Senin (31/5).
Sementara itu, permintaan properti dengan konsep kota mandiri yang memadukan unsur residensial dan komersial (integrated townships) diprediksi bakal ramai peminat. Head of Industry and Regional Research Bank Mandiri, Dendi Ramdani memprediksi peningkatan permintaan residensial akan terjadi pada second-tier cities (kota lapis kedua).
Proyeksi tersebut, merujuk pada data BCI Asia yang menunjukkan tren properti perumahan ke depan berkonsep terbuka hijau dengan harga terjangkau. “Kami memperkirakan pertumbuhan kredit properti berada di kisaran 6,4%-7,8% di 2021,” kata Dendi dalam keterangan resminya hari ini.
Menurut dia, faktor terpenting yang mendorong pertumbuhan kredit sektor properti adalah kecepatan pemulihan ekonomi saat ini dan prospek ke depan. Itu sangat menentukan consumer confidence dan mempengaruhi keputusan belanja rumah tangga, termasuk untuk membeli properti.
Periode Januari-Maret 2021, Bank Mandiri mencatatkan pertumbuhan kredit kepemilikan rumah (KPR) tumbuh 4,3% year on year (yoy). Sedangkan untuk kredit pemilikan apartemen (KPA) tumbuh 2,5% yoy.
Adapun, pertumbuhan KPR tertinggi terjadi pada rumah tipe 22-7- dengan kenaikan 7,57% per Maret 2021. Selanjutnya, permintaan KPR untuk tipe besar di atas 70 yang tumbuh 0,34% yoy. Sedangkan untuk KPR tipe rumah kecil mengalami kontraksi 13,2% yoy.
Untuk pertumbuhan KPA tertinggi terjadi pada apartemen tipe kecil, yakni tumbuh 8,75% yoy. Kemudian, ada KPA untuk apartemen tipe menengah yang tumbuh 4,48% yoy. Sedangkan KPA tipe apartemen besar justru kontraksi 1,07% per Maret 2021.
“KPR merupakan sumber pembiayaan utama untuk pembeli properti residensial dengan proporsi 73,7% dari seluruh pembiayaan kuartal pertama tahun ini,” ujarnya.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat, Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) mencapai 214,8 pada Januari-Maret 2021, tumbuh 1,35% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy). Pertumbuhan itu masih lebih rendah dibandingkan pada kuartal sebelumnya yang mencapai 1,43%.
Perlambatan harga pada kuartal I-2021 terjadi pada tipe rumah kecil dan menengah. Secara rinci, pertumbuhan harga properti residensial tipe rumah kecil mencapai 1,78% yoy, lebih rendah dari kuartal IV 2020 yang sebesar 2,83% yoy. Harga properti residensial tipe rumah menengah tumbuh 1,46%, lebih lambat dibandingkan kuartal lalu yang mencapai 1,61% yoy.
Sementara itu, harga properti residensial tipe rumah besar mengalami pertumbuhan 0,83% yoy. Pertumbuhan ini sedikit lebih tinggi dibandingkan kuartal keempat tahun lalu, yakni 0,81% yoy.