Garuda Indonesia Tawarkan Pensiun Dini kepada Karyawan, Ada Apa?

ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/aww.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra (kedua kanan) berfoto bersama kru usai meluncurkan pesawat Garuda Indonesia Airbus A330-900neo bercorak khusus yang menampilkan visual masker pada bagian moncong pesawat di Hanggar GMF AeroAsia Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (1/10/2020).
Penulis: Lavinda
21/5/2021, 14.42 WIB

"Ini merupakan langkah berat yang harus ditempuh perusahaan. Namun opsi ini harus kami ambil untuk bertahan di tengah ketidakpastian situasi pemulihan kinerja industri penerbangan yang belum menunjukan titik terangnya," ujar Irfan.

Pandemi Covid-19 membuat kinerja Garuda Indonesia terpuruk. Berdasarkan laporan keuangan terakhir yakni kuartal III 2020, Garuda harus menanggung kerugian senilai US$ 1,07 miliar atau setara Rp 15,34 triliun (asumsi kurs: Rp 14.280 per dolar).

Kinerja tersebut berbanding terbalik dengan kondisi kuartal III 2019, ketika Garuda mampu membukukan laba bersih US$ 122,42 juta atau Rp 1,74 triliun.

Penurunan kinerja maskapai penerbangan milik pemerintah tersebut terjadi karena pendapatan usaha yang anjlok. Hingga akhir September 2020, Garuda hanya mampu mengantongi pendapatan senilai US$ 1,13 miliar, turun hingga 67,85% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu senilai US$ 3,54 miliar.

Pendapatan Garuda mayoritas masih didominasi dari penerbangan berjadwal, senilai US$ 917,28 juta pada triwulan III 2020. Masalahnya, pendapatan penerbangan berjadwal ini anjlok hingga 67,19% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 2,79 miliar.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin