IATA Tambah 2 Kontraktor Batu Bara Baru Milik Grup MNC

Arief Kamaludin | KATADATA
Gedung MNC
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Lavinda
13/12/2021, 14.00 WIB

Berdasarkan laporan keuangan IATA, ekuitas perseroan selama 9 bulan 2021 tercatat susut 20,64% menjadi US$ 11 juta dair posisi akhir 2020 senilai US$ 14 juta. Namun demikian, liabilitas IATA  tampak naik tipis 0,54% menjadi US$ 39,1 juta. 

Pertumbuhan itu didorong oleh utang bank jangka pendek yang merupakan bagian lancar atas utang jangka panjang. Pinjaman dalam kolom itu naik 68,42% menadi US$ 17 juta dari posisi akhir 2020 senilai US$ 10 juta. 

Dari sisi bottomline, pendapatan IATA tercatat naik 15,01% secara tahunan pada Januari-September 2021 menjadi US$ 7,2 juta dari US$ 6,2 juta. Sementara itu, laa kotor tumbuh 100,27% menadi US$ 1,4 juta. 

Namun demikian, meningkatnya berbagai beban perseroan membuat kerugian perseroan sebelum pajak melebar 31,31% dari realisasi Januari-September 2020 senilai US$ 2,4 juta menjadi US$ 3,2 juta. Alhasil,rugi bersih perseroan tumbuh 84,75%  menjadi US$ 3 juta. 

Berdasarkan data Stockbit, harga saham IATA stagnan pada paruh pertama 2021 dan melonjak sejak awal kuartal IV-2021.  Per 16 Februari 2017, harga saham IATA stagnan dilevel Rp 50 per saham hingga 15 Oktober 2021. Selang hari, harga saham IATA melonjak 40 poin menjadi Rp 90 per saham pada 19 Oktober 2021. 

Per 29 Oktober, harga IATA menyentuh titik terendahnya pada kuartal IV-2021 di level Rp 57 per saham. Secara tahun berjalan, harga IATA telah naik 27 poin atau menguat 54% menjadi Rp 77 per saham. 

Walaupun harga saham melonjak, rasio price to earning (PE) IATA konsisten di zona merah sepanjang 2021. Kini, rasio PE IATA ada di posisi minus 6,63 kali. Terakhir kalinya rasio PE IATA ada di zona hijau adalah pada kuartal IV-2014 di kisaran 31 kali.   

Halaman:
Reporter: Andi M. Arief