PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menargetkan pertumbuhan kredit 8% - 10% tahun ini. Oleh karena itu, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini bakal berfokus menyasar segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Emiten perbankan dengan kode BBRI itu akan mendorong kontribusi kredit UMKM menjadi 85% terhadap total. Data per kuartal III 2021 pun menunjukkan, porsi kredit UMKM BRI 82,67%.
"Salah satu strategi utama BRI untuk meningkatkan pembiayaan UMKM pada 2022 yakni melalui optimalisasi ekosistem ultramikro, yang saat ini menjadi new source of growth bagi BRI," kata Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto kepada Katadata.co.id, Kamis (6/1).
Dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), BRI berfokus mendorong kontribusi dana murah atau current account saving account (CASA). Tahun ini, bank berpelat merah itu menargetkan CASA berkontribusi 65% terhadap total DPK.
Berdasarkan laporan keuangan BBRI, kontribusi CASA ke DPK 59,59% atau senilai Rp 676,59 triliun per September 2021.
Secara keseluruhan, DPK naik 4,39% menjadi Rp 1.135,3 triliun dari realisasi 2020 senilai Rp 1.087,55 triliun.
Untuk mendongkrak CASA, perseroan berencana meningkatkan transaksi di platform ekosistem digital BRI. Selain itu, masif mengakuisisi mitra penjual (merchant)m dan engoptimalisasi program kampanye payung atau umbrella campaign seperti BritAma FSTVL dan Panen Hadiah Simpedes.
Aestika mengatakan, BRI berkomitmen untuk terus meningkatkan layanan dalam mendorong transaksi melalui kanal digital. Lini ini menjadi salah satu sumber pendapatan yang mendominasi fee based income perseroan.
"Strategi BRI tahun ini akan berfokus menjaga fundamental perusahaan agar bisnis dapat tumbuh sehat dan berkelanjutan," kata Aestika.
Selama sembilan bulan tahun lalu, total pendapatan operasional lainnya BRI naik 17,12% secara tahunan (year on year/yoy) dari Rp 21,47 triliun menjadi Rp 25,15 triliun. Sedangkan total pendapatan bunga naik 5,99% menjadi Rp 91 triliun.
Dengan demikian, laba bersih BBRI hingga September 2021 tumbuh 34,74% menjadi Rp 19,07 triliun.
Di sisi lain, Aestika mengatakan bahwa BRI tetap akan menjaga rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) di atas 18%. Per September 2021, CAR BBRI 24,37% atau meningkat dari posisi September 2020 di titik 20,36%.
Selain itu, BRI menargetkan dapat menjaga rasio kredt macet alias non performing loan (NPL) di kisaran 3%. NPL perseroan naik dari capaian September 2020 di level 3,02% menjadi 3, 29% per kuartal III 2021.
NPL bersih atau rasio kredit dengan kolektibilitas 3-5 ke total kredit naik ke level 0,86%.
"Strategi BRI dalam menjaga kualitas kredit yang disalurkan yakni dengan selective growth serta aktif melakukan restrukturisasi," kata Aestika.
Berdasarkan data Stockbit, saham BBRI naik 42 poin atau menguat 1,03% sepanjang tahun lalu ke level Rp 4.110 per lembar. Secara tahun berjalan, harga sahamnya naik 2,43% menjadi Rp 4.210 per lembar.
Rasio harga saham terhadap laba atau price to earning (PE) BBRI saat ini 2,3 kali. PE BRI sempat menyentuh titik tertingginya sejak 2017 pada 22 Oktober 2021 di level 3,39 kali.