Jejak Grup Salim: Raja Mi Instan yang Kini Merambah Bisnis Batu Bara

Arief Kamaludin | Katadata
Grup Salim merambah ke bisnis batu bara dengan menjadi investor baru Bumi Resources.
Penulis: Syahrizal Sidik
8/10/2022, 20.27 WIB

Jejak Salim di Bisnis Perbankan

Grup Salimjuga memiiki sejarah yang panjang di bisnis keuangan Tanah Air, jauh sebelum dikenal sekarang lewat merek dagang Indomie.

Pendiri Grup Salim, konglomerat Liem Sioe Liong alias Sudono Salim pada 1957 silam membangun bisnis jasa pemberian kredit Bernama Central Bank Asia, bersama rekannya Mochtar Riady. Tiga tahun kemudian pada 1960 nama perusahaan resmi berubah menjadi Bank Central Asia atau yang sekarang dikenal sebagai BCA.

Namun, saat badai krisis ekonomi menghantam ekonomi Indonesia pada 1997/1998, Grup Salim harus menjual saham BCA karena menerima Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).

Perjalanan bisnis Salim di bank tak hanya berhenti di BCA. Tercatat, pada Maret 2022, ketiga entitas perusahaan Grup Salim menguasai 21,53% saham PT Bank Mega Tbk (MEGA), milik konglomerat Chairul Tanjung. 

Tiga entitas perusahaan itu yakni PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan Indolife Pensiontama. Ketiganya masuk Bank Mega berdasarkan laporan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada 23 Maret 2022.

Selain menjadi pemegang saham Bank Mega, Grup Salim juga tercatat menjadi pemegang saham sebesar 6% di perusahaan bank digital PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) melalui  Indolife Pensiontama. Allo ini pun dimiliki Chairul Tanjung. 

Kemudian, Salim juga tercatat sebagai pemegang saham pengendali di PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) dengan kepemilikan saham 22,47% melalui PT Indolife Pensiontama. Tahun ini, Bank Ina akan menggelar rights issue dan membidik perolehan dana senilai Rp 1,24 triliun untuk memenuhi ketentuan modal inti minimum Rp 3 triliun. Dalam prospektus perusahaan, Grup Salim memastikan akan menyerap haknya dalam rights issue tersebut. 

Halaman: