Incar Rp 9,05 T dari IPO, Ini Resiko dan Potensi Pertamina Geothermal
Di sisi lain, perseroan saat ini fokus pada pengembangan tambahan kapasitas terpasang sebesar 165MW.
Adapun sebesar 110MW ditambahkan pada WKP Hululais dan sebesar 55MW di WKP Lumut Balai dan Margabayur. Lalu, 435MW yang akan dikembangkan secara konvensional maupun dengan pemanfaatan PLTP skala kecil pada area WKP brownfield perseroan.
“Dalam lima tahun ke depan, perseroan memperkirakan akan dapat menyediakan tambahan 600 MW kapasitas terpasang untuk mulai beroperasi,” tulis manajemen dalam prospektus.
PGEO juga berencana untuk terus mengembangkan kapasitas terpasang lebih lanjut melebihi lima tahun ke depan dan akan berpartisipasi dalam lelang WKP baru untuk mencapai target pertumbuhan tersebut, termasuk dengan berkolaborasi dengan operator panas bumi lain atau melalui akuisisi.
Diberitakan sebelumnya, Direktur Keuangan PT Pertamina Geothermal Energy Nelwin Aldiansyah menjelaskan PGEO akan berfokus pada investasi brownfield untuk menambah pembangunan 600 MW sepanjang 2023-2027 mendatang. Sebagai informasi investasi brownfield adalah jenis investasi asing langsung. Dengan investasi brownfield, perusahaan membeli atau menyewa fasilitas yang ada.
PGEO menilai dengan investasi brownfield, perseroan dapat mengefisiensikan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) karena cukup menggunakan sumber yang sudah ada.
“Melalui brownfield project, kami tidak lagi melalui eksplorasi. Cukup menggunakan sumber yang sudah ada ini akan membuat biaya listrik akan lebih bersaing dari sumber daya alam,” kata Nelwin.