Terdampak Corona, Neraca Dagang Februari Diramal Surplus

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Ilustrasi. Impor pada Februari diperkirakan turun seiring penyebaran virus corona.
16/3/2020, 09.39 WIB

Ia memerinci, harga CPO turun sebesar 12,50% secara bulanan, karet 5,43%, dan batu bara 1,61%. Hal ini kemudian diperparah denganberkurangnya aktivitas manufaktur di negara-negara trading partner.

Penurunan aktivitas manufaktur disebutkan ia terlihat dari PMI Manufacturing Index masing-masing negara. PMI Manufacturing Index Tiongkok turun hingga 40,3, AS turun hingga 50,7, dan Jepang juga turun hingga 47,0. Untuk diketahui, PMI Manufacturing Index di bawah level 50 mengindikasikan kontraksi sektor manufaktur.

(Baca: Potret IHSG Pekan Lalu: Turun 10% dan Dua Kali Dibekukan)

Sebaliknya, Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk. Ryan Kiryanto memperkirakan neraca perdagangan bulan lalu defisit US$ 1,2 miliar."Di mana ekspor naik 4,54% secara tahunan, sedangkan impor naik lebih tinggi 17,19%," ujar Ryan kepada Katadata.co.id di waktu yang terpisah.

Naiknya angka impor di bulan lalu, menurut ia, terutama disebabkan oleh kenaikan impor non-migas. Kenaikan terutama pada produk-produk bahan makanan, seperti bawang putih, gula, serta barang-barang konsumsi lainnya.

Sementara, kenaikan ekspor masih tertahan oleh turunnya harga-harga komoditas seperti minyak, CPO, batubara, dan penurunan permintaan di negara-negara terdampak virus corona. "Terutama akibat berkurangnya aktivitas manufaktur di negara-negara tersebut," kata dia.

Dengan begitu, ia memproyeksikan nilai ekspor Indonesia akan sebesar US$ 13,10 miliar dan impor sebesar US$ 14,3 miliar pada Februari 2020.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria