Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,21%, menjadi Rp 14.252 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini (26/8), berdasarkan data Bloomberg. Hal ini dipicu oleh perang dagang AS dan Tiongkok.
"Perang dagang yang memanas bisa mendorong pelemahan rupiah hari ini," kata Vice President Monex Investindo Futures Ariston Tjendra kelada Katadata.co.id, Senin (26/8).
Ia menjelaskan, Tiongkok mengumumkan kenaikan bea masuk untuk produk AS pada Jumat malam waktu setempat. Pemerintah Negeri Panda itu menaikkan tarif menjadi US$75 miliar terhadap produk AS.
(Baca: Perang Dagang Berlanjut, AS Balas Rencana Kenaikan Tarif Tiongkok)
Tak berhenti sampai disitu, Ariston mengatakan, AS membalas dengan menaikkan tarif sebesar 5%. "Pengenaan tarif ini untuk barang Tiongkok sebesar US$550 miliar," kata dia.
Ia menjelaskan, aksi saling balas ini meningkatkan kekhawatiran pasar bahwa perang dagang akan semakin panjang. Selain itu, ia menilai bahwa tindak lanjut perang dagang ini dapat berujung pada perlambatan ekonomi global.
Hal itu terlihat dari penguatan dolar AS terhadap banyak mata uang, bukan hanya rupiah. Beberapa mata uang Asia pun terpantau melemah signifikan terhadap dolar AS.
Saat berita ini ditulis, dolar Singapura melemah 0,18%, dolar Taiwan 0,43%, dan won Korea Selatan 0,67%. Begitu juga dengan yuan Tiongkok, yang melemah 0,13%, ringgit Malaysia 0,39% dan baht Thailand 0,13%.
Ariston pun memperkirakan, rupiah berpotensi bergerak ke arah pelemahan pada perdagangan hari ini. Ia memprediksi rupiah berada pada level Rp 14.300 per dolar AS dengan support di Rp 14.210 per dolar AS hingga penutupan pasar dalam negeri.
(Baca: Masih Terbantu Penurunan Bunga BI, Rupiah Menguat Tipis)
Melalui Twitter, Trump menyatakan bahwa AS akan menaikkan tarif impor untuk produk Tiongkok dari 25% menjadi 30% mulai 1 Oktober 2019. Pernyataan itu dicuitkannya hanya dua belas jam setelah Tiongkok menyatakan akan mengenakan balasan tarif atas produk AS senilai US$ 75 miliar.
"Sedihnya, pemerintah yang lalu telah mengizinkan Tiongkok untuk melangkah begitu jauh dari perdagangan yang adil dan berimbang hingga membebani pembayar pajak Amerika," kata Trump di Twitter, Jumat (23/8) waktu setempat. "Sebagai Presiden, saya tidak bisa lagi membiarkan hal ini terjadi!"
Pada saat yang sama, Trump mengumumkan kenaikan tarif untuk barang-barang Tiongkok senilai US$ 300 miliar menjadi 15% dari sebelumnya 10%. AS akan mengenakan tarif tersebut pada beberapa produk mulai 1 September. Sedangkan, kenaikan tarif barang-barang lainnya telah ditunda hingga 15 Desember 2019.
(Baca: Perang Dagang jadi Tantangan Pemerintahan Berikutnya )