Nilai tukar rupiah hari ini (21/6) menguat 0,37% dibanding penutupan perdagangan Kamis (20/6) malam sebesar Rp 14.130 per dolar AS. Mengutip situs Bloomberg, rupiah menyentuh Rp 14.095 per dolar AS pada pukul 10.00 WIB.
Direktur Riset Center Of Reform on Economics (CORE) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam menyampaikan, sidang sengketa Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi (MK) berjalan kondusif. Karena itu, menurutnya investor semakin yakin dengan pertahanan dan keamanan Indonesia.
Keyakinan tersebut terlihat dari penguatan rupiah terhadap dolar AS. "Investor bisa melihat proses MK berjalan lancar dan damai. Jadi tidak ada faktor yang mengancam aliran modal yang berdampak ke rupiah," kata dia kepada Katadata.co.id, Jumat (21/6).
(Baca: Dana Asing yang Masuk ke RI Hingga Medio Juni Capai Rp 120 Triliun)
Pieter menambahkan, situasi sekarang ini berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia. Sebelumnya, investor sempat khawatir bakal terjadi kerusuhan seperti 21-22 Mei. Namun, sidang sengketa Pilpres di MK yang berlangsung sejak 14 Juni lalu ini berjalan normal tanpa kerusuhan.
Karena itu, menurutnya investor kembali percaya dengan perekonomian Indonesia. Selain itu, Bank Indonesia (BI) yang menahan suku bunga tetap 6% turut mempengaruhi penguatan rupiah. "Penahanan suku bunga ini menyebabkan aliran modal yang masuk ke Indonesia masih terus terjaga," katanya.
(Baca: BI: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Akan Tertahan Akibat Perang Dagang)
Bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) juga memutuskan untuk menahan suku bunganya di level 2,25%-2,5%. Alhasil, dolar AS tercatat melemah terhadap beberapa mata uang di Asia. Hal ini juga menjadi faktor penyebab investor beralih ke negara yang pasarnya tengah berkembang (emerging market).
Sekadar informasi, tidak semua anggota Federal Open Market Committee (FOMC) sepakat untuk mempertahankan suku bunga acuan. Presiden The Fed St. Louis James Bullard misalnya, memilih untuk menurunkan bunga acuan bulan ini.
Gubernur The Fed Jerome Powell pun menyampaikan adanya indikasi penurunan suku bunga acuan dalam waktu dekat. " Banyak partisipan sekarang melihat bahwa alasan untuk mengambil kebijakan yang lebih akomodatif telah menguat,” kata dia dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (19/6) lalu.
(Baca: Ada Sentimen Perang Dagang, Bank Sentral AS Pertahankan Bunga Acuan)