Nilai tukar rupiah kembali melemah seiring dengan penurunan proyeksi pertumbuhan global oleh Dana Moneter Internasional (IMF). Mengacu data Bloomberg, posisi rupiah di pasar spot hari ini (10/4) berada pada 14.159 per dolar Amerika Serikat (AS) atau melemah 0,18 persen dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.
Posisi rupiah menjadi yang terlemah di antara mata uang Asia lainnya. Pelemahan rupiah diikuti oleh baht Thailand dan ringgit Malaysia yang masing-masing melemah 0,11 persen. Pelemahan juga terjadi pada yuan Tiongkok, tapi hanya 0,03 persen.
(Baca: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Global 2019 Jadi 3,3%)
Sebaliknya, peso Filipina justru mengalami penguatan 0,11 persen. Penguatan mata uang juga terjadi pada rupee India dan won Korea, masing-masing 0,21 persen dan 0,26 persen. Sementara, mengacu pada kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah berada pada posisi 14,155 per dolar AS.
Kekhawatiran para pelaku pasar terhadap pertumbuhan ekonomi global yang melambat kembali muncul setelah IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global 0,2 poin menjadi 3,3 persen. Ancaman perlambatan ekonomi global akibat sengketa perdagangan serta adanya ketidakjelasan proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).
(Baca: Cadangan Devisa Cetak Rekor Tertinggi, Rupiah Malah Melemah
Proyeksi laju pertumbuhan negara-negara maju diperkirakan hanya 1,8 persen untuk 2019 dan 1,7 persen untuk 2020. Pertumbuhan keduanya di bawah tingkat dua persen-plus yang tercatat telah dicapai dalam dua tahun sebelumnya, berdasarkan laporan World Economic Outlook (WEO).
"Ini mencerminkan revisi negatif untuk beberapa ekonomi utama termasuk kawasan Uni Eropa, Amerika Latin, Amerika Serikat, Inggris, Kanada, dan Australia," kata Kepala ekonom IMF Gita Gopinath dalam sebuah posting blog.
Sementara untuk negara-negara emerging market dan negara-negara berkembang, IMF memperkirakan tingkat pertumbuhan turun menjadi 4,4 persen untuk 2019, atau 0,1 poin lebih rendah dari pada 2018. Kemudian, pertumbuhan akan pulih ke tingkat 4,8 persen pada 2020, menyamakan hasil 2017.
(Baca: Ancaman Perang Dagang Meluas, IHSG dan Bursa Asia Pagi Ini Terkoreksi)