Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan aliran masuk dana asing tetap terjadi meskipun kondisi global tidak menentu. Ia mencatat, total dana asing masuk pada saham, Surat Berharga Negara (SBN), dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) telah mencapai Rp 90 triliun hingga pekan lalu.
“Minggu lalu kita posisinya net inflow sebesar Rp 15-16 triliun. Kalau year to date (sejak awal tahun) mendekati Rp 90 triliun sampai minggu kemarin,” kata dia di Kompleks BI, Jakarta, Jumat (29/3).
Menurut dia, aliran masuk dana asing menunjukkan sentimen investor asing kepada Indonesia masih positif. Namun, ia mengakui ada tekanan di pasar keuangan pada akhir-akhir ini.
(Baca: Ancaman Resesi AS, BI Lihat Peluang Aliran Masuk Dana Asing)
Pertama, penurunan proyeksi pertumbuhan Eropa, Jerman, dan Perancis. Selain itu, masalah Brexit turut memengaruhi kondisi global.
Di sisi lain, sejumlah negara mengalami depresiasi mata uang, seperti peso Argentina yang melemah. Lira juga rontok seiring menipisnya devisa dan jelang pelaksanaan pemilu di Turki. Semua kondisi ini memengaruhi pasar keuangan negara berkembang.
Pekan ini nilai tukar rupiah sempat melemah 0,5%. "Namun, dilihat secara year-to-date, rupiah masih positif 0,9%," ujarnya.
(Baca: Tekanan Global Mereda, Imbal Hasil Surat Utang Berpotensi Turun)
Mengacu pada Bloomberg, posisi rupiah berada di 14.242 per dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan pasar spot hari ini. Artinya, rupiah telah melemah 0,4% dibandingkan posisinya pada awal pekan ini.
BI akan terus mengawasi arah kebijakan ekonomi global. Seiring dengan hal tersebut, BI bersama dengan pemerintah juga memperbaiki masalah domestik, yaitu defisit transaksi berjalan, dengan cara peningkatan ekspor dan penekanan impor.
(Baca: Impor Turun Tajam, Neraca Dagang Februari Surplus US$ 330 Juta)
BI dan pemerintah juga mendorong sektor pariwisata, otomotif, foot wear, dan tekstil. Kemudian, pemerintah juga terus memperbaiki tingkat kemudahan berbisnis Indonesia.
Semua itu dilakukan untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan. Dody menilai ketertarikan investor terhadap Indonesia juga bergantung kepada kondisi fundamental Indonesia. "Itu adalah jaminan bagi investor, melihat perkembangan Indonesia masih baik," ujarnya.
(Baca: Target Devisa Pariwisata Rp 249 Triliun, BI Yakin Defisit Dagang Turun)