Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi bulanan sebesar 0,32% pada Januari 2019, atau 2,82% secara tahunan. Inflasi bulanan di pedesaan bahkan lebih rendah lagi, yaitu hanya 0,26%. Tingkat inflasi ini merupakan yang terendah untuk periode sama dalam tiga tahun terakhir.
Sebagai gambaran, pada Januari 2018 lalu, inflasi bulanan tercatat sebesar 0,62%, atau 3,25% secara tahunan. Sedangkan pada Januari 2017, inflasi bulanan mencapai 0,97%, atau 3,49% secara tahunan. Sebelumnya, pada Januari 2016, inflasi bulanan mencapai 0,51%, atau 4,14% secara tahunan.
Kepala BPS Suhariyanto menilai inflasi rendah pada awal tahun ini sebagai capaian yang bagus. “Mudah-mudahan ke depan semakin terkendali," kata dia dalam Konferensi Pers di kantornya, Jumat (1/2).
(Baca: Gubernur BI Lihat Tak Ada Risiko Inflasi Melonjak Tahun Ini)
Adapun inflasi Januari ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga ikan, beras, dan sayuran. Maka itu, bila dilihat dari sisi pengeluaran, inflasi kelompok bahan makanan tercatat paling tinggi, yaitu sebesar 0,92% dengan andil ke inflasi total sebesar 0,18%.
Di luar itu, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar juga mengalami inflasi yaitu sebesar 0,28% dengan andil ke inflasi total sebesar 0,07%. Begitu juga dengan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,27% dengan andil ke inflasi total 0,05%.
Kemudian, kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 0,47% dengan andil ke inflasi total 0,03%; Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga mengalami inflasi 0,24% dengan andil ke inflasi total sebesar 0,02%.
Di sisi lain, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mencatatkan deflasi sebesar 0,16% dengan andil ke total inflasi minus 0,04%. Meskipun, tarif angkutan udara tercatat menyumbang inflasi 0,02% pada Januari ini, berbanding terbalik dengan kondisi deflasi pada Januari tahun lalu. Penyeimbang inflasi di antaranya ongkos kereta api yang mengalami deflasi.
Berdasarkan komponennya, inflasi inti sebesar 0,30% dengan andil 0,18%, harga yang diatur pemerintah (administered price) mengalami deflasi sebesar 0,12% dengan andil minus 0,03%, serta inflasi harga pangan bergejolak (volatile food) 0,97% dengan andil 0,17%.
Ke depan, Suhariyanto meminta pemerintah terus memperhatikan komponen volatile food. Alasannya, harga beras, telur ayam ras, dan daging ayam ras, serta produk pertanian lain sangat tergantung pada banyak faktor yang tidak terduga.
(Baca: Kenaikan Harga Khusus Telur dan Ayam Dinilai Tak Efektif)
Bila dibandingkan dengan periode sama tahun lalu, ia menjelaskan ada pergerakan positif di harga beras. Pada Januari ini, harga beras relatif stabil dengan andil sebesar 0,04%, jauh lebih rendah dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai 0,24%. Andil inflasi didominasi ikan segar 0,06%, tomat 0,03%, serta bawang 0,002%.
"Sesuai komitmen pemerintah, pangan menjadi perhatian utama karena pergerakan harga sangat terpengaruh cuaca," ujarnya.
BPS mencatat sebanyak 79 kota mengalami inflasi dan tiga kota mengalami deflasi pada Januari ini. Inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 1,23% disebabkan oleh harga daging ayam dan telur ayam. Sementara itu, deflasi paling besar terjadi di Tual karena penurunan harga ikan dan tarif angkutan udara.