Bank Dunia menyoroti rendahnya investasi asing langsung alias foreign direct investment. Kondisi tersebut membuat Indonesia bergantung kepada aliran dana asing ke pasar modal atau investasi portofolio untuk menambal kebutuhan dolar Amerika Serikat (AS).
"Karena investasi asing langsung masih rendah, Indonesia butuh investasi portofolio sebesar 1% dari PDB (Produk Domestik Bruto)," kata Ekonom Utama untuk Bank Dunia di Indonesia Frederico Gil Sander dalam acara Indonesia Economic Quarterly di Jakarta, Kamis (13/12). Mengacu pada PDB tahun lalu yang sebesar Rp 13.588 triliun, maka 1% berkisar Rp 135 triliun.
(Baca juga: Menko Darmin Harapkan Hot Money Bawa Rupiah Kembali ke 13.000)
Ia menjelaskan, ketergantungan terhadap investasi portofolio tersebut menjadi penyebab nilai tukar rupiah rentan gejolak sebagaimana terlihat selama ini. Sebab, dana asing yang dimaksud mudah keluar masuk.
Menurut dia, investasi tersebut akan keluar dari negara berkembang ke negara yang dinilai aman saat kondisi global sedang dibayang-bayangi ketidakpastian. Hal tersebut telah terjadi dalam beberapa bulan belakangan seiring peningkatan tensi perang dagang AS-Tiongkok.
(Baca juga: Dampak Perang Dagang, Produsen Korea dan Tiongkok Lirik Indonesia)
Maka itu, ia menilai Indonesia perlu berupaya untuk meningkatkan investasi asing langsung. Adapun momentum perang dagang AS-Tiongkok dinilainya bisa menjadi momentum untuk mendorong peningkatan tersebut. Sebab, beberapa perusahaan yang selama ini beroperasi di Tiongkok ingin merelokasi bisnisnya ke wilayah Asia Tenggara.
Frederico mengatakan sebanyak 45% perusahaan di Tiongkok Selatan menyatakan ingin merelokasi perusahaannya. Sebagian besar perusahaan tersebut telah merelokasi bisnisnya ke Vietnam. Adapun pada 2016 lalu, hanya 5 perusahaan yang merelokasi bisnisnya ke Indonesia dari sekitar dari 60 perusahaan yang menyatakan ingin merelokasi bisnisnya. “Pada 2017 tidak ada yang pindah ke Indonesia," ujarnya.
(Baca juga: Sejak April, Pemerintah Setujui Insentif Libur Pajak untuk 12 Investor)
Ia menjelaskan, investasi langsung bakal memberikan efek berganda, dari mulai menciptakan lapangan pekerjaan hingga menguatkan nilai tukar rupiah. Maka itu, ia menekankan pentingnya bagi Indonesia untuk bisa memanfaatkan momentum saat ini guna menggenjot investasi asing langsung.