Kementerian Keuangan optimistis defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 bisa berada di bawah 2% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Ini artinya, lebih rendah dari target yang sebesar 2,19% terhadap PDB. Hal itu seiring dengan baiknya realisasi penerimaan negara.
"Berdasarkan pemantauan kami dari bulan 10 dan 11 ini kemungkinan di bawah 2%," kata Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani di Bali, Rabu (5/12). Proyeksi dia, realisasi defisit sepanjang tahun hanya 1,9% terhadap PDB.
(Baca juga: Terendah dalam Lima Tahun Terakhir, Defisit Anggaran Oktober 1,6% PDB)
Sejalan dengan defisit anggaran yang rendah, defisit keseimbangan primer bakal mengecil. Keseimbangan primer merupakan selisih antara penerimaan negara dengan belanja negara, di luar pembayaran bunga utang. Kondisi defisit menunjukkan bahwa pemerintah membayar bunga utang dengan utang.
Sebelumnya, dengan target defisit anggaran sebesar Rp 325,9 triliun atau 2,19% terhadap PDB, target defisit keseimbangan primer sebesar Rp 87,3 triliun. Adapun per Oktober lalu, realisasi defisit anggaran tercatat sebesar Rp 237 triliun atau 1,6% terhadap PDB, sedangkan defisit keseimbangan primer hanya Rp 23,8 triliun.
(Baca juga: Sri Mulyani: Tahun Depan Berat, Banyak Utang yang Jatuh Tempo)
Askolani mengatakan defisit yang mengecil membuat pemerintah semakin kuat dalam aspek keuangan. "Ini jadi modal menuju tahun 2019," ujar dia. Pemerintah membidik defisit keseimbangan primer semakin kecil bahkan berbalik surplus secara bertahap.
Ia pun menuturkan defisit anggaran bisa lebih rendah dari target lantaran realisasi penerimaan negara sejalan dengan sasaran. Per November lalu, penerimaan pajak yang merupakan kontributor utama penerimaan negara tumbuh 16-17% secara tahunan, jauh lebih tinggi dari periode sama tahun lalu yang hanya 10% secara tahunan. Seiring kondisi tersebut, belanja negara meningkat.
(Baca juga: Rem Utang, Penerimaan Perpajakan Digenjot Buat Belanja Negara)
Tahun depan, pemerintah menargetkan defisit anggaran sebesar Rp 297,2 triliun atau setara dengan 1,84% terhadap PDB, lebih rendah dibandingkan dengan target tahun ini sebesar Rp 325,9 atau 2,19% dari PDB, ataupun proyeksi terkini defisit yang sebesar 1,9%.