Dari sisi domestik, ia memperkirakan defisit transaksi berjalan seuai prediksi yaitu di sekitar 2,5% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahun ini, atau lebih tinggi dari tahun lalu 1,7% terhadap PDB. Sementara dari sisi eksternal, prediksi kenaikan bunga acuan AS belum berubah yaitu sebanyak dua kali lagi tahun ini.

Di sisi lain, sejalan dengan Eric, David pun berpendapat nilai tukar rupiah masih tidak terlalu jauh atau sesuai dengan fundamental ekonomi, yaitu pada kisaran 14.100-14.300 per dolar AS.

(Baca juga: Pejabat Dituding Beternak Dolar, Moeldoko Janji Tukar ke Rupiah)

Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira juga memperkirakan bunga acuan tetap. Namun, berbeda pendapat dengan dua ekonom lainnya, ia menilai, posisi nilai tukar saat ini terlalu lemah.

Menurut dia, jika pemerintah mengantisipasi kenaikan bunga acuan AS sejak awal tahun, nilai tukar rupiah dapat bertahan di bawah level 14.000 per dolar AS. Tahun ini, ia menyebut bunga acuan AS berpotensi naik dua sampai tiga kali lagi. "Itu melihat Jerome Powell (Gubernur bank sentral AS) hawkish dan confident dengan data inflasi," ujarnya.

Halaman: