3 Momentum yang Mempengaruhi Perekonomian Indonesia 2017

Arief Kamaludin|KATADATA
Pembangunan gedung perkantoran di Jakarta.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
28/3/2018, 16.50 WIB

(Baca: BI: Perang Dagang AS-Tiongkok Bisa Koreksi Pertumbuhan Ekonomi)

Momentum kedua, berkaitan dengan stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan yang terus terjaga dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Agus, hal ini tidak lepas dari kehati-hatian dan konsistensi kebijakan makro ekonomi yang dilakukan BI dan pemerintah, sehingga menjadi basis bagi berlanjutnya pemulihan ekonomi.

Defisit transaksi berjalan berhasil dijaga pada level yang sehat, yakni di bawah 3 persen terhadap PDB. Pada periode 2013-2014, defisitnya melebihi 3 persen terhadap PDB. Bahkan, pada kuartal II-2013 defisit transaksi berjalan tercatat mencapai 4,2 persen dari PDB.

Selain itu, stabilitas makro ekonomi juga tercermin pada pergerakan nilai tukar rupiah sepanjang 2017 yang sejalan dengan nilai fundamentalnya. Sementara, kinerja perbankan dan pasar keuangan secara umum juga membaik. "Stabilitas ekonomi tersebut mendorong terciptanya momentum positif ketiga, yaitu membaiknya keyakinan pelaku ekonomi terhadap perekonomian nasional," kata Agus.

Pada 2017, Indonesia menerima berbagai pengakuan positif dari dunia internasional. Diamencontohkan, lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) menaikkan tingkat Indonesia menjadi layak investasi BBB- dari BB+.

Sedangkan dari sisi domestik, Agus mengatakan perbaikan keyakinan terlihat dari investasi korporasi melalui belanja modal yang meningkat, terutama di semester II-2017. "Keyakinan yang semakin membaik ini menajdi pondasi dalam mendorong berlanjutnya pemulihan ekonomi," kata Agus.

Halaman: