Ekonomi Tertinggal dari ASEAN, Sri Mulyani Genjot Pariwisata

ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana
Sejumlah wisatawan tiba di dermaga Serangan, Denpasar, Bali, 21 Desember 2016.
Penulis: Desy Setyowati
Editor: Yuliawati
28/11/2017, 12.13 WIB

Selain menggenjot dari sektor pariwisata, Sri Mulyani berharap pertumbuhan ekspor terus meningkat. Pertumbuhan ekspor pada Kuartal III memang tumbuh signifikan, yakni 17,26% secara tahunan (year on year/yoy).

"Kuartal III kemarin performa ekspor Indonesia di atas 17%. Kalau ini berlangsung terus, kami berharap tentu memberikan momentum kombinasi ekspor dan investasi," kata Sri Mulyani.

Pada Kuartal III ini, pertumbuhan ekonomi di negara ASEAN membaik didorong oleh ekspor, utamanya dari industri milik asing. Vietnam, misalnya, tumbuh 7,46% kuartal III yang melesat dari dua kuartal sebelumnya yang sebesar 5,15% dan 6,28%. Bahkan pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi dalam tujuh tahun belakangan.

Ekonomi Filipina juga tumbuh 6,9% pada kuartal III, lebih tinggi dibandingkan dua kuartal sebelumnya yang sebesar 6,4% dan 6,7%. Sama, penyokong utamanya yaitu ekspor dan belanja pemerintah yang membaik. Akselerasi ekonomi pun dialami Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Ekonomi Singapura bahkan tercatat melonjak signifikan dari kisaran 2% pada kuartal I dan II menjadi 5,2% pada kuartal III. Pencapaian tersebut merupakan yang tertinggi dalam hampir empat tahun belakangan. Industri manufaktur masih menjadi motor pemacu ekonomi.

Tak seperti banyak negara ASEAN, Indonesia justru mengalami pertumbuhan ekonomi yang stagnan di level 5% sepanjang tahun ini. Menanggapi kondisi tersebut, Ekonom Development Bank of Singapore (DBS) Gundy Cahyadi menyebut ekonomi Indonesia tumbuh di bawah potensinya lantaran masih terdampak oleh terpukulnya kinerja ekspor imbas jatuhnya harga komoditas pada 2014-2015 lalu. Selain itu, lingkungan investasi yang menantang.

Halaman: