Masuki Tahun Politik, Ekonomi Indonesia Diramal Membaik di 2018

ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Ratusan anggota DPR dari empat fraksi yakni Gerindra, PAN, PKS dan Demokrat melakukan aksi walk out dalam sidang paripurna pengesahan UU Pemilu Jumat (21/7) dini hari.
Penulis: Miftah Ardhian
Editor: Pingit Aria
13/10/2017, 19.53 WIB

Sebaliknya, di tahun 2017 ini, harga komoditas sudah mulai merangkak naik dan diharapkan dapat stabil di 2018, sehingga tidak memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Teddy pun melihat, pertumbuhan ekspor sudah cukup baik. Adanya pelemahan rupiah justru membantu ekspor, khususnya di komoditas batu bara.

Dengan demikian, adanya kampanye, belanja pemerintah dan perbaikan ekspor, serta tidak adanya gejolak harga komoditas ini akan membuat konsumsi RT semakin baik jika dibandingkan 2017 ini dan menopang pertumbuhan ekonomi. "Artinya, ekonominya akan lebih baik di 2018," ujar Teddy.

Selain itu, tantangan juga terlihat dari sisi perekonomian global, terutama Amerika Serikat (AS). Namun, Teddy menilai pemerintah harus terus bisa menjaga tingkat inflasi dalam negari agar memiliki ruang untuk beradaptasi dengan kebijakan suku bunga. Tetapi, risiko yang besar akan datang apabila kenaikan suku bunga AS berlangsung lebih cepat dari yang diperkirakan.

Terdapat pula risiko dari kebijakan untuk mereformasi pajak yang dilakukan Presiden AS Donald Trump dan pemilihan gubernur bank sentral AS yang baru. "Katanya terdapat 5 kandidat dari paling pro pertumbuhan sampai paling konservatif," ujarnya. Pemilihan ini tentunya akan mempengaruhi agresifitas kenaikan suku bunga AS ke depannya.

Di sisi lain, Teddy mengatakan, konsumsi RT memang akan membaik. Namun, tidak serta merta berpengaruh positif terhadap pertumbuhan industri retail. Menurutnya, industri tersebut harus bersikap dinamis dan mengadopsi perkembangan zaman dengan masuk ke sistem jual-beli online. Alhasil, pertumbuhan retail tahun 2018 akan ditentukan strategi masing-masing perusahaan.

Halaman:
Reporter: Miftah Ardhian