BPS: Inflasi Ramadan dan Lebaran 2017 Terendah Tiga Tahun Terakhir

Arief Kamaludin|KATADATA
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
3/7/2017, 14.11 WIB

Badan Pusat Statistik mencatat inflasi pada Juni 2017 sebesar 0,69 persen secara bulanan. Adapun inflasi pada tahun kalender (Januari- Juni 2017) sebesar 2,38 persen dan secara tahunan (year on year) sebesar 4,37 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, inflasi pada Juni 2017 lebih rendah dibandingkan selama Ramadhan dan Idul Fitri pada tiga tahun terakhir. Pada 2014 dan 2015, inflasi saat lebaran yang jatuh pada Juli sebesar 0,93 persen. Sementara pada 2016, inflasi saat lebaran pada Juli mencapai 0,69 persen.

"Jadi secara umum, inflasi pada pada lebaran 2017 jauh lebih terkendali dibandingkan 3 tahun sebelumnya," kata Suhariyanto di kantor BPS, Jakarta, Senin (3/7).

(Baca: Ekonom Ramal Inflasi Juni di Atas 0,5% Meski Harga Pangan Stabil)

Suhariyanto mengatakakan inflasi yang lebih rendah pada Juni 2017 disebabkan terkendalinya harga pangan selama Ramadhan dan Lebaran. Inflasi harga bahan makanan pada Juni 2017 tercatat sebesar 0,69 persen. Angka ini hanya memberi andil sebesar 0,14 persen terhadap total inflasi Juni 2017.

"Andil inflasi 0,14 persen itu terjadi karena kenaikan umumnya oleh sayur-mayur yang andilnya kecil-kecil. Misalnya itu terjadi karena sumbangan inflasi dari ikan segar 0,05 persen, kemudian bawang merah dan daging ayam ras masing-masing sebesar 0,03 persen, pepaya sebesar 0,02 persen dan kemudian banyak sayuran lainnya 0,01 persen," tambah dia.

Makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,39 persen. Angka ini menyumbang andil terhadap inflasi Juni 2017 sebesar 0,07 persen.

(Baca juga: Kenaikan Harga Pangan Jelang Puasa Picu Inflasi Tinggi Mei 0,39%)

Kemudian, kelompok sandang mengalami kenaikan sebesar 0,78 persen. Angka ini menyumbang inflasi pada Juni 2017 sebesar 0,05 persen. Suhariyanto mengatakan, dua komoditas sandang yang mengalami peningkatan harga selama Ramadhan dan Lebaran, yakni emas perhiasan (0,02 persen) serta baju muslim perempuan (0,01 persen).

Adapun kelompok pengeluaran yang menyumbang andil besar terhadap inflasi Juni 2017, yakni dari sektor perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar. Sektor tersebut mengalami peningkatan sebesar 0,39 persen dan memberi andil 0,18 persen terhadap inflasi Juni 2017.

Suhariyanto mengatakan, besarnya sumbangan inflasi tersebut akibat adanya penyesuaian tarif dasar listrik untuk rumah tangga pelanggan 900 VA.

(Baca: Tanpa Harga BBM Naik, BI Prediksi Inflasi Tahun Ini Tembus 4,36%)

"Ini dampak terakhir karena mereka adalah rumah tangga yang membayar listrik secara pascabayar. Di sana sumbangannya adalah 0,17 persen," ucap Suhariyanto.

Kelompok pengeluaran yang juga ikut menyumbang besar dalam terjadinya inflasi Juni 2017, yakni transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Suhariyanto mengatakan, sektor ini menyumbang andil sebesar 0,23 persen terhadap inflasi Juni 2017. Inflasi untuk sektor ini sendiri sebesar 1,27 persen.

Suhariyanto mengatakan, andil signifikan terjadi akibat adanya kenaikan tarif angkutan udara (0,12 persen) dan angkutan antar kota (0,08 persen). Adapun, peningkatan tarif kereta api hanya menyumbang 0,01 persen.

"Kita tahu saat lebaran cari tiket susah, harga naik, tapi semua butuh ya harus beli," tuturnya.

Suhariyanto mengatakan, pola inflasi saat lebaran yang jatuh pada Juni 2017 ini sangat berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Menurutnya, saat ini inflasi lebih disebabkan oleh harga-harga yang diatur oleh pemerintah (administer price) dibandingkan harga bahan pangan.

"Karena harga-harga yang diatur oleh pemerintah atau administer price, di mana dari 0,69 persen (inflasi Juni 2017) ini, administer pricenya menyumbang 0,42," tuturnya.

Dia pun berharap target pemerintah menjaga inflasi sebesar 4 persen (plus minus 1 persen) dapat terpenuhi melihat realisasi inflasi pada Juni 2017. Pasalnya, harga bahan pangan cenderung menurun pasca lebaran.

(Baca: Harga Pangan Stabil Jelang Lebaran, Jokowi Puji 2 Menteri dan Kapolri)

"Mudah-mudahan ini bisa terkendali sehingga target akan tercapai sampai dengan akhir tahun. Karena kalau kita lihat inflasi tahun kalendernya 2,37 persen. Kita semua berharap harga terkendali, biasanya habis lebaran harga turun drastis," ucap Suhariyanto.

Selama Juni 2017, BPS memantau Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 82 kota dengan tiga kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 4,48 persen dan terendah di Merauke sebesar 0,12 persen. Sementara tiga kota yang mengalami deflasi, tertinggi di Singaraja sebesar -0,64 persen dan terendah di Denpasar sebesar -0,01 persen.