ADB Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Jadi 5 Persen

Arief Kamaludin|KATADATA
27/9/2016, 17.48 WIB

Faktor penghambat lainnya adalah kondisi investasi swasta yang belum membaik untuk menopang belanja pemerintah yang menciut. Sebab, investor masih menunggu inplementasi dari kebijakan pemerintah sebelum memutuskan penanaman modalnya.

Sedangkan faktor lainnya adalah harga komoditas yang masih rendah walaupun membaik. Steven menyebut beberapa komoditas asal Indonesia yakni kelapa sawit, batubara, serta emas masih rendah harganya. "Jadi berpengaruh di sisi ekspor Indonesia yang turun, walaupun impornya juga turun," katanya.

Namun, di sisi lain, dia melihat konsumsi masyarakat akan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi tahun ini. Hal tersebut terlihat dari permintaan sejumlah barang seperti sepeda motor, mobil, rumah menengah ke bawah, serta pangan, yang tetap stabil. (Baca: Anggaran Dipotong, BI Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi)

Di kesempatan yang sama, Senior Economics Officer ADB Indonesia Priasto Aji mengatakan, pangkal masalah lemahnya belanja modal lantaran penerimaan negara yang juga sangat kurang. Ia juga melihat penurunan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) belum efektif menggairahkan sektor swasta. "Hal-hal ini, selain lambatnya ekonomi dunia, yang membuat kami merevisi pertumbuhan ekonomi," katanya.

Menanggapi penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi dari ADB itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan hal tersebut sejalan dengan proyeksi pemerintah. Ia akan tetap berkoordinasi dengan Bank Indonesia (BI) untuk memantau sejumlah kebijakan guna menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.

Pemerintah mengeluarkan kebijakan pemangkasan anggaran sebesar Rp 137 triliun dari belanja kementerian dan lembaga (K/L) dan dana untuk daerah. Penyebabnya, Sri Mulyani mengaku pesimistis target penerimaan pajak tahun ini Rp 1.355 triliun dapat tercapai. Dia memperkirakan realisasi penerimaan pajak hanya mencapai Rp 1.320 triliun. Artinya masih akan ada kekurangan penerimaan sebesar Rp 219 triliun.

Sebelumnya, BI juga telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini dari 5-5,4 persen menjadi 4,9-5,3 persen. Penyebabnya, pertumbuhan ekonomi akan melambat akibat adanya pemangkasan anggaran.  

Halaman: