BKPM Yakin Brexit Malah Tingkatkan Investasi Inggris di Indonesia

Arief Kamaludin|KATADATA
Kepala BKPM Franky Sibarani meninjau dua lokasi pembangunan kawasan industri di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (31/3).
Penulis: Muchamad Nafi
27/6/2016, 11.10 WIB

Sementara dari sisi komitmen, investasi Inggris pada 2010 - 2015 mencapai US$ 3,1 miliar. Adapun pada Januari - Mei 2016, nilainya telah mencapai US$ 111 juta, tumbuh 517 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Bank Indonesia pun memberi pernyataan resmi setelah hasil referendum di Inggris lebih banyak memilih untuk keluar dari Uni Eropa. Bank sentral menyatakan ekonomi Indonesia saat ini memiliki ketahanan yang baik. Stabilitas makroekonomi tetap terjaga yang tercermin dari inflasi yang rendah, defisit transaksi berjalan yang terkendali, dan nilai tukar yang relatif stabil.

Ketahanan ekonomi ini diyakini mampu menjaga perekonomian Indonesia terhadap dampak hasil referendum di Inggris. Bank Indonesia memandang bahwa keluarnya Inggris dari Uni Eropa berdampak relatif terbatas pada perekonomian domestik, baik di pasar keuangan maupun kegiatan perdagangan dan investasi. (Baca: BI dan Ekonom: Dampak Brexit ke Rupiah Hanya Sementara).

Di pasar keuangan domestik, di tengah terjadinya pelemahan di pasar uang Eropa dan Asia, nilai tukar rupiah relatif stabil. Sementara itu, pasar saham Indonesia juga terkoreksi relatif terbatas. “Apabila dibandingkan dengan negara-negara peers seperti India, Thailand dan Korea Selatan,” kata Tirta Segara dari Departemen Komunikasi BI. 

(Arief Kamaludin|KATADATA)

Dalam jangka menengah, dampak Brexit melalui jalur perdagangan juga diyakini relatif terbatas, selain di pasar keuangan. Sebab, pangsa ekspor Indonesia ke Inggris hanya sekitar satu persen dari total ekspor Indonesia. Meski demikian, dampak lanjutan dari terganggunya hubungan perdagangan Inggris dan Eropa perlu dicermati.

Hal ini mengingat pangsa ekspor Indonesia ke Eropa selain Inggris mencapai 11,4 persen ada tahun lalu. Sebagian besar ekspor Indonesia ke Eropa adalah bahan baku dan mentah. “Bank Indonesia akan terus mencermati potensi risiko yang muncul,” ujarnya. (Baca: Efek Brexit Lebih Memukul Rupiah ketimbang Perdagangan).

Halaman: