KATADATA - Di tengah kondisi perlambatan ekonomi dunia, investor asing masih menaruh minat terhadap Indonesia. Ada tiga sektor usaha di dalam negeri yang mendapat perhatian investor asing untuk menanamkan modalnya. Namun, sebelumnya para investor asing menginginkan adanya perubahan di Indonesia.
Managing Director China-ASEAN Investment Cooperation Fund Daniel Hui menginformasikan, para pemodal asing menginginkan pemerintah Indonesia melakukan sejumlah perubahan yang menghambat aktivitas usaha selama ini. Seperti memangkas jalur birokrasi, memberantas praktik korupsi serta menciptakan iklim investasi yang stabil.
Selain itu, investor asing berharap pemerintah membuka sejumlah sektor usaha untuk penanaman modal. Menurut Hui, ada tiga sektor usaha yang menarik bagi investor asing. “E-commerce, logistik dan barang konsumsi. Ketiganya menjadi peluang untuk masa depan,” ujarnya dalam acara "Indonesia Summit" yang diadakan oleh The Economist di Jakarta, Kamis (25/2).
(Baca: BKPM Targetkan Investasi Tahun Ini Tumbuh 14,4 Persen)
Selain itu, beberapa sektor usaha yang juga dipandang menjanjikan adalah kelistrikan, sumber daya alam serta pertambangan. Bukan hanya itu, Hui menyebut di dalam sektor infrastruktur, pelabuhan pun berpotensi dijajaki investor asing. Namun tidak demikian dengan jalan tol. Pasalnya, menurut dia, tidak mudah mendapatkan lahan untuk pembangunan jalan tol.
Di sisi lain, sebenarnya logistik merupakan persoalan bagi investor, tapi sekaligus menjadi peluang. Saat ini, pemerintah Indonesia sudah mempermudah investasi untuk usaha penyimpanan berpendingin maupun gudang. Ia yakin jika sektor ini efisien, sektor-sektor lainnya akan terbantu. “Pemerintah Indonesia juga bisa mempertimbangkan sektor manufaktur, karena populasi di Indonesia cukup besar untuk konsumsi dalam negeri,” ujar Hui. Hal ini penting bagi pengembangan perekonomian Indonesia di masa mendatang.
(Baca: Perizinan Dialihkan ke BKPM, Peminat Investasi Migas Tinggi)
Menurut Hui, Indonesia saat ini berada di puncak daftar kerjasama investasi antara Cina dan negara-negara ASEAN atau China-ASEAN Investment Cooperation. Sementara itu, Filipina dan Vietnam memiliki kekuatan dan kelemahan tersendiri. Lembaga kerjasama investasi ini juga sedang menjajaki penanaman modal di tiga negara ASEAN: Laos, Kamboja dan Myanmar. Pasalnya, ketiga negara itu membutuhkan banyak infrastruktur. “Tapi Indonesia setidaknya sudah lebih maju lima tahun dibanding negara-negara itu,” katanya.
(Baca: Pasca Revisi DNI, BKPM Gaet Investor Amerika di Industri Makanan)
Ia mengungkapkan, satu faktor yang disukai pemodal asing adalah tidak adanya pembatasan mata uang, baik yang masuk maupun keluar dari Indonesia. Faktor ini penting bagi investor asing yang meluangkan waktu lama di Indonesia untuk mengerjakan proyek selama tiga, lima atau tujuh tahun.
Sekadar informasi, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tengah mengupayakan perbaikan dalam kemudahan berbisnis di Indonesia. Presiden Joko Widodo (Jokowi) memang menargetkan Indonesia masuk peringkat 40 kemudahan berusaha atau Ease of Doing Business versi Bank Dunia dalam dua tahun ke depan, dari posisi 109 saat ini. Untuk itu, pemerintah sedang memperbaiki 10 faktor kemudahan berusaha. “Selain Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), kami telah mengeluarkan perizinan tiga jam,” kata Deputi Pengembangan Iklim Penanaman Modal BKPM Farah Ratnadewi Indriani.