KATADATA - Setelah selama dua kuartal berturut-turut negatif, neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal IV-2015 diperkirakan mencatatkan surplus. Pencapaian tersebut lebih didukung oleh menciutnya defisit transaksi berjalan dan penarikan pinjaman luar negeri.
Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih memperkirakan neraca pembayaran kuartal IV-2015 surplus sebesar US$ 3,4 miliar. Jumlah tersebut jauh lebih baik dibandingkan dua kuartal sebelumnya yang mengalami defisit, sebesar US$ 2,92 miliar pada kuartal II-2015 dan US$ 4,57 miliar pada kuartal III-2015.
Menurut Lana, neraca pembayaran kembali mencatatkan surplus karena adanya peningkatan cadangan devisa dan sejalan dengan menciutnya defisit transaksi berjalan selama kuartal terakhir tahun lalu. Kalau mengacu cadangan devisa per akhir Desember 2015 sebesar US$ 105,9 miliar, berarti ada penambahan devisa sebesar US$ 4,2 miliar dibandingkan posisi akhir September lalu yang masih sebesar US$ 101,7 miliar.
Penambahan cadangan devisa tersebut terbantu oleh langkah pemerintah menerbitkan obligasi global sebesar US$ 3,5 miliar atau sekitar Rp 48 triliun di pengujung 2015. Tujuannya untuk membiayai kebutuhan pendanaan pada 2016 alias ijon (pre-funding). "Utang luar negeri pemerintah dengan mengeluarkan global bond mendorong peningkatan portofolio. Langkah ini membantu meningkatkan persediaan dolar Amerika Serikat (AS)," katanya, Jumat pekan lalu (15/1).
(Baca: Asing Jual Saham dan SUN, Defisit Neraca Pembayaran Terendah Sejak Awal 2013)
Penerbitan surat utang berdenominasi dolar AS itu turut mendorong investor asing masuk ke pasar obligasi domestik. Hal ini mengurangi dampak dari keluarnya dana asing (capital outflow) dari pasar saham sebesar US$ 1,6 miliar sepanjang tahun lalu. Sebaliknya, di pasar obligasi tercatat dana besih asing yang masuk (capital inflow) selama 2015 mencapai US$ 7,4 miliar, sehingga dana asing masuk bersih pada 2015 senilai US$ 5,8 miliar.
Berdasarkan kondisi itulah, neraca transaksi modal dan finansial pada kuartal IV-2015 diperkirakan mampu mencetak surplus yang lebih besar ketimbang pencapaian pada kuartal sebelumnya yang cuma US$ 1,15 miliar. Jumlahnya anjlok 100 persen dari kuartal II-2015 yang surplus US$ 2,25 miliar. Mengempisnya surplus neraca transaksi modal dan finansial itulah yang menjadi biang keladi defisit neraca pembayaran pada kuartal III-2015.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Departemen Statistik Bank Indonesia (BI) Hendy Sulistiowati juga optimistis neraca pembayaran pada kuartal IV-2015 kembali surplus karena penerbitan surat utang global untuk pembiayaan tahun 2016. Instrumen itu turut mengundang masuknya valuta asing sehingga meningkatkan neraca modal dan finansial.
(Baca: BI Perkirakan Defisit Transaksi Berjalan 2015 Menciut 36 Persen)
Begitu pula dari sisi kewajiban investasi langsung asing akan meningkat seiring upaya pemerintah mendorong pembangunan infrastruktur. “Kalau saham turun, tapi yang lain naik, seperti FDI (foreign direct investment) dan investasi lainnya naik, jadi masih bisa naik (neraca pembayaran),” kata Hendy.
Di sisi lain, BI memperkirakan total defisit transaksi berjalan pada tahun 2015 mencapai US$ 17,5 miliar. Jika mengacu kepada pencapaian total defisit transaksi berjalan hingga akhir kuartal III-2015 sebesar US$ 12,4 miliar, maka defisit transaksi berjalan kuartal IV-2015 sebesar US$ 5,06 miliar. Ini defisit paling tinggi secara kuartalan selama tahun lalu.
Namun, total defisit transaksi berjalan tahun lalu ini jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2014 yang minus US$ 27,5 miliar atau menciut sekitar 36 persen. Nilai tersebut paling rendah dalam empat tahun terakhir. Transaksi berjalan tercatat positif terakhir kali pada tahun 2011 yaitu sebesar US$ 1,68 miliar. Adapun total defisit transaksi berjalan tahun 2015 sebesar US$ 17,5 miliar itu setara dengan 3 persen dari produk domestik bruto (PDB) tahun lalu yang diperkirakan Kementerian Keuangan sebesar Rp 11.357 triliun.