Bangun Infrastruktur, Pemerintah Percepat Utang Rp 63 Triliun

Donang Wahyu|KATADATA
Infrastruktur KATADATA | Donang Wahyu
Penulis: Muchamad Nafi
5/1/2016, 10.33 WIB

Robert mengatakan, lelang surat utang menjadi sumber utama pembiayaan, lalu penerbitan obligasi valas. Saat ini pemerintah menjajaki surat utang valas dengan denominasi mata uang Cina, renminbi, berupa Dimsum Bond atau Panda Bond. Pemerintah juga berencana meningkatkan penerbitan obligasi ritel untuk menjaring investor dalam negeri. Instrumen ritel rencanannya ada empat jenis, yakni obligasi ritel, saving bond ritel, sukuk ritel, dan sukuk tabungan.

“Kalau valas dan ritel berjalan baik, kami tidak butuh private placementPrivate placement kalau ada turbulance di pasar atau mungkin kalau ada pelebaran defisit anggaran,” tutur Robert. 

Jika dilihat dari total utang pemerintah dan swasta, data Bank Indonesia menunjukkan posisi utang luar negeri Indonesia pada semester pertama tahun lalu sebesar US$ 303,7 miliar. Dari jumlah tersebut, utang luar negeri sektor swasta paling banyak, yakni US$ 169,2 miliar atau 55,7 persen dari seluruh pinjaman. Adapun sisanya, US$ 134,5 miliar, merupakan pinjaman sektor publik. (Baca: BI Peringatkan Posisi Utang Indonesia).

Menurut bank sentral, utang pada Juli 2015 tumbuh 3,7 persen (yoy), lebih lambat dibandingkan posisi sebelumnya sebesar 6,3 persen (yoy). Perlambatan pinjaman ini terjadi di sektor swasta maupun publik. Utang swasta yang bertambah 6,7 persen pada Juli lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 9,7 persen. Faktor utamanya dipengaruhi oleh turunnya utang dagang. Adapun pinjaman sektor publik hanya tumbuh 0,3 persen, melambat dibandingkan posisi Juni sebesar 2,2 persen.

Walau melambat, BI memperingatkan agar pemerintah tetap berhati-hati. “Bank Indonesia memandang perkembangan utang luar negeri Juli 2015 masih cukup sehat, namun perlu terus diwaspadai risikonya terhadap perekonomian,” demikian pernyataan resmi bank sentral ketika itu.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati