Tak berhenti di situ, kata Darmin, masalah terakumulasi ketika bank sentral Amerika Serikat, The Fed, mengumumkan niat menaikkan suku bunganya (Fed rate). Rencana tersebut direspons negatif oleh pasar sehingga dolar Amerika menguat terhadap seluruh mata uang. Investor mulai mengalihkan dananya ke negara yang dianggap aman untuk berinvestasi yakni Amerika.
“Bagi emerging market, dana yang tadinya disetor ke seluruh dunia, pelan-pelan bergerak pulang kandang. Persoalannya jadi terakumulasi yakni pertumbuhan ekonomi melambat dan gejolak kurs,” ujar mantan Gubernur Bank Indonesia ini.
Masalah lain yang dikhawatirkan yakni inflasi. Karena itu pemerintah fokus pada upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga inflasi. Meski ia akui, paket kebijakan terkait investasi ini sifatnya jangka panjang, sementara gejolak kurs harus diatasi dalam waktu dekat.
Sementara itu, pada paket kebijakan Oktober I, pemerintah mengurangi perizinan dan menjadikan sisanya sebagai standar atau norma dalam berinvestasi. Misalnya, perizinan untuk memperpanjang hak guna usaha ataupun hak guna bangunan dipermudah. Darmin meyakini paket kebijakan ini berpengaruh terhadap penguatan rupiah. “Hal-hal seperti itu untuk hadapi persoalan jangka pendek.”