Meski demikian, BI memprediksi perlambatan perekonomian DKI Jakarta lebih besar dibandingkan nasional. Ini terlihat dari revisi BI atas pertumbuhan DKI Jakarta yang mencapai 0,6 persen, sedangkan revisi nasional hanya 0,4 persen.

Awalnya perekonomian DKI Jakarta tahun ini diprediksi mencapai 5,9 persen-6,3 persen, kemudian direvisi menjadi 5,3 persen-5,8 persen. Sementara pertumbuhan ekonomoni nasional yang awalnya diprediksi sebesar 5,4 persen-5,8 persen, direvisi menjadi 5 persen-5,4 persen.

Meski pertumbuhan ekonomi melambat, BI juga memperkirakan tekanan inflasi DKI Jakarta tahun ini sekitar 4,5-4,9 persen. Angka ini jauh lebih rendah dari inflasi tahun lalu yang mencapai 8,95 persen.

Agus menyebutkan, ada enam tantangan yang harus dihadapi DKI Jakarta untuk menghadapi inflasi. Pertama, terbatasnya peningkatan kapasitas produksi perekononian domestik. Kedua, tingginya ketergantungan pada ekspor berbasis sumber daya alam dan bahan baku impor. Ketiga, produksi pangan yang rentan terhadap gangguan iklim yang semakin sulit diantisipasi karena berkurangnya lahan produksi.

Keempat, inefisiensi dalam struktur mikro pasar. Kelima, masih tingginya ketergantungan pemenuhan energi nasional melalui impor bahan bakar minyak (BBM) dan LPG. Keenam, masih lemahnya konektivitas antar daerah.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati