KATADATA ? Pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2015 diprediksi di bawah 5 persen. Indikatornya terlihat dari penyerapan anggaran pemerintah yang rendah serta adanya penurunan impor bahan baku dan modal.
?Pertumbuhan kuartal I bisa di bawah 5 persen. Kalau untuk tahun ini, saya masih proyeksikan 5,3 persen,? kata ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual saat dihubungi Katadata, Jumat (17/4).
David menuturkan, pemerintah tidak lagi bisa mengandalkan kebijakan moneter yang lebih longgar untuk bisa tumbuh sesuai target 5,7 persen. Ini lantaran risiko eksternal terutama masih adanya ketidakpastian kenaikan suku bunga Amerika Serikat (Fed Rate).
Menurut dia, indeks harga saham gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah bisa bergejolak ketika bank sentral AS, the Fed menaikan Fed Rate.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil sebelumnya mengatakan, tingkat penyerapan anggaran selama kuartal I hanya 18 persen. Selain itu, rilis Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya penurunan impor bahan baku dan barang modal dinilai oleh sejumlah pengamat sebagai indikasi adanya perlambatan ekonomi.
(Baca: Meski Perdagangan Surplus, Indikasi Perlambatan Ekonomi Terlihat)
Menurut David, langkah utama yang harus dilakukan pemerintah adalah mempercepat belanja negara dengan membangun infrastruktur. Kemudian diikuti dengan perbaikan iklim investasi, untuk mengundang perusahaan besar asing masuk. Terutama, untuk mengurangi defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD).
?Kalau bertumpu pada suku bunga sulit, karena ketergantungan pada portofolio besar. Belanja diperbesar dan iklim investasi diperbaiki, yang besar-besar masuk untuk perbaiki CAD,? tutur dia.
Pembangunan infrastruktur akan berdampak positif pada banyak sektor. Hal tersebut akan membantu mendorong ekonomi tumbuh sesuai target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015. Apalagi, konsumsi masih menunjukan perlambatan. Jika penyerapan belanja efektif, ia yakin ekonomi bisa tumbuh 5,5 persen, hingga akhir tahun.
Senada dengan David, ekonom Asia Development Bank (ADB) Edimon Ginting juga berpendapat, pertumbuhan kuartal I hanya 5 persen karena penyerapan anggaran dan ekspor yang masih lemah. ?Dari indikator yang ada memang kuartal pertama belum akan ada recovery yang signifikan. Kami proyeksikan perbaikan pertumbihan baru akan mulai di semester II,? ujarnya.