Defisit Masih Tinggi, BI Takkan Turunkan Suku Bunga

Arief Kamaludin|KATADATA
KATADATA | Arief Kamaludin
Penulis:
Editor: Arsip
22/9/2014, 18.04 WIB

Apalagi, saat ini Indonesia juga mesti bersiap menghadapi rencana bank sentral Amerika Serikat (AS), the Fed, menaikkan suku bunga. Dengan problem defisit neraca transaksi berjalan, Indonesia menjadi salah satu negara emerging market yang berpotensi terkena pembalikan arus modal.

Lembaga pemeringkat Moody?s Investor Services sebelumnya menyebutkan Indonesia dan India merupakan negara yang paling rentan mengalami pembalikan arus modal akibat kebijakan the Fed. (Baca: Inflasi Rendah, BI Rate Tetap Tinggi)

Moody?s menilai, dengan defisit neraca transaksi berjalan yang meningkat menunjukkan bahwa nilai impor Indonesia sudah melebihi ekspor. Hal ini dapat diterjemahkan bahwa posisi Indonesia lebih lemah jika berhadapan dengan pemulihan ekonomi Amerika Serikat.

Ekonom Universitas Atma Jaya Agustinus Prasetyantoko mengatakan, BI Rate tidak akan mungkin naik menjelang kenaikan suku bunga the Fed. Penurunan Bi Rate dapat menyebabkan larinya dana asing dari pasar keuangan dalam negeri.

Dia menambahkan, meski inflasi saat ini cenderung turun, tidak serta merta harus direspons dengan menurunkan suku bunga. Persoalannya, BI Rate selain berfungsi untuk menjaga stabilitas harga riil yang ditunjukkan lewat inflasi, juga menjaga harga aset yang ditunjukkan dengan nilai tukar. 

Halaman:
Reporter: Aria W. Yudhistira, Nur Farida Ahniar