Rupiah Perkasa di Bawah 15.000 per Dolar Berkat Kabar Baik dari AS

KATADATA/ Arief Kamaludin
Ilustrasi. Nilai tukar rupiah pada perdagangan sore ini menguat bersama mayoritas mata uang Asia lainnya.
6/5/2020, 17.02 WIB

Namun, Perry memperkirakan pergerakan nilai tukar rupiah masih akan naik turun dalam jangka pendek. Beberapa sentimen negatif yang dapat memengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu ketegangan hubungan AS dan Tiongkok, ketegangan hubungan Korea Utara dan Korea Selatan, serta putusan Mahkamah Konstitusi Jerman.

Ia melanjutkan, Mahkamah Konstitusi Jerman memutuskan bahwa pelonggaran kuantitatif atau quantitative easing  yang dilakukan Bank Sentral Eropa tidak konstitusional. "Karena tidak didukung oleh perjanjian Uni Eropa kecuali ECB dapat menjustifikasi dan menjelaskannya dalam waktu 3 bulan," ucap dia.

(Baca: Sri Mulyani: Covid-19 Ciptakan Lonjakan Kemiskinan Hanya dalam 2 Bulan)

Walau pergerakan kurs rupiah masih akan naik turun, Perry menyebut pergerakan nilai tukar secara tren dipengaruhi beberapa faktor fundamental. Pertama, inflasi yang rendah dan terkendali dalam kisaran sasaran 3±1%.

Kedua, perkiraan defisit transaksi berjalan triwulan I yang akan lebih rendah dari 1,5% PDB dan secara keseluruhan pada tahun 2020 akan lebih rendah dari 2% PDB.

Ketiga, perbedaan suku bunga atau yield spread RI yang sangat tinggi dibanding negara lain. Yield SBN 10 tahun Indonesia sebesar 8,02% sedangkan yield UST Note 10 tahun sebesar 0,3%-04%.

"Sehingga yield spread menjadi sebesar 7,5%. Faktor tersebut menyebabkan nilai tukar undervalued dan diperkirakan bergerak stabil dan cenderung menguat," kata dia. 

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria