Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan bakal terdampak pandemi covid-19. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pun memperkirakan, pemulihan ekonomi domestik dari wabah tersebut membutuhkan waktu hingga 2022.
”Bisa terus bergeser ke tahun 2021, 2022, untuk recovery,” kata Airlangga, seperti dikutip dari keterangan pers yang diterima Katadata.co.id, Jumat (19/6).
Meski begitu, pemerintah sudah menyiapkan skenario defisit anggaran diatas ketentuan perundang-undangan untuk mendorong stimulus fiskal dan pembiayaan. Defisit anggaran baru akan kembali normal atau di bawah 3% terhadap PDB pada 2023.
Pemerintah pun telah menyiapkan sejumlah langkah untuk memulihkan ekonomi. Pertama, menyiapkan program exit strategy, yaitu pembukaan ekonomi secara bertahap menuju tatanan kenormalan baru. Kedua, program pemulihan ekonomi nasional. Ketiga, reset dan transformasi ekonomi.
“Reset menjadi penting karena berbagai sektor ekonomi sudah turun minus sehingga dari minus itu perlu dikembalikan ke 0, lalu dari 0 kita akan transformasikan agar berkembang menjadi positif,” ujar Airlangga.
(Baca: Sri Mulyani Pangkas Lagi Proyeksi Ekonomi Kuartal II jadi Minus 3,8%)
Ia menambahkan, pandemi covid-19 memberikan tekanan pada perekonomian, baik dari sisi permintaan maupun penawaran. Semua indikator memberikan sinyal pelemahan ekonomi.
Kondisi tersebut juga dialami oleh 215 negara lain di dunia. Ia mengatakan, hampir seluruh negara di dunia masuk di dalam periode minus.
Pandemi covid-19, lanjutnya, memberikan berdampak besar pada berbagai sektor perekonomian. Hal ini yang membedakan dengan krisis pada 1998 dan 2008.
Airlangga pun memastikan, Indonesia memiliki resiliensi yang lebih kuat dari negara lain. Menurutnya, tiga negara yang masih relatif positif secara ekonomi meliputi Tiongkok, India, dan Indonesia.
Selain itu, ekonomi Indonesia pada 2020 diprediksi masih di jalur positif. Dana Moneter Internasional memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh 0,5%, sedangkan Bank Dunia memperkirakan ekonomi Tanah Air tidak tumbuh atau 0%.
(Baca: Sri Mulyani Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Tahun Ini Jadi 1%)
Adapun, Airlangga memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan II 2020 minus 3% akibat adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). "Memang di kuartal kedua dengan adanya PSBB, Indonesia diprediksi masuk di dalam jalur minus sekitar -3%,”
Pada kuartal I 2020, konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi menjadi 2,7%, turun dari tahun lalu pada periode yang sama sebesar 5,3%. Kemudian, investasi tercatat tumbuh 1,7% serta konsumsi pemerintah tumbuh sebesar 3,7%.
Sementara dari sisi dunia usaha (supply), sektor manufaktur ada di 2,1% dan perdagangan 1,6%, namun pertanian ada di 0%. Mantan Menteri Perindustrian itu berharap, sektor pertanian dapat meningkat pada kuartal III mendatang seiring dengan adanya panen raya pada Juni-Juli.