Kartu Prakerja dan BLT Pekerja Dapat Meredam Risiko Resesi Ekonomi RI

ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/foc.
Ilustrasi, pengunjung menenteng tas belanja saat mengunjungi Mall Grand Indonesia, Jakarta, Rabu (1/7/2020).
8/8/2020, 19.55 WIB

Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet sependapat, bahwa kedua program itu lebih menyasar masyarakat berpenghasilan menengah ke atas. “Kontribusinya 45% ke konsumsi rumah tangga nasional,” ujarnya.

Oleh karena itu, ia menilai kedua program tersebut bisa mendongkrak konsumsi rumah tangga.

Namun, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai, dampak dari BLT untuk pekerja dan program Kartu Prakerja baru akan terasa pada kuartal IV. “Kalau untuk menghindari resesi pada kuartal III tampaknya sulit,” katanya.

Ia menilai, Kartu Prakerja akan lebih efektif mendorong konsumsi rumah tangga jika diubah menjadi bantuan untuk pekerja yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). “Kalau dijalankan secara cepat dan efektif bisa dongkrak konsumsi,” ujar dia.

Sekadar informasi, pemerintah membuka pendaftaran kartu prakerja gelombang empat pada hari ini. Kuotanya juga ditingkatkan dari 300 menjadi 800 ribu orang.

Sebanyak 640 ribu kuota akan berfokus pada pekerja yang terkena dampak pandemi Covid-19.

Selain itu, pemerintah akan memberikan stimulus berupa BLT Rp 600.000 per bulan kepada 13 juta pekerja yang mendapatkan gaji di bawah Rp 5 juta. BLT bakal digelontorkan mulai bulan depan.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan