Minim Efek Pemulihan Ekonomi Tiongkok ke RI Tanpa Pengendalian Pandemi

Ho Yeow Hui/123rf
Ilustrasi. Ekonomi Tiongkok diproyeksi tumbuh 2% pada tahun ini.
Penulis: Agustiyanti
1/10/2020, 06.30 WIB

Bank Dunia juga mengatakan hal serupa dalam laporannnya. Pengendalian pandemi menjadi kunci utama dalam pemulihan ekonomi. Saat ini, Indonesia dianggap belum mampu mengendalikan wabah.

Lembaga yang bermarkas di Washington DC ini pun memangkas proyeksi ekonomi Indonesia dari sebelumnya stagnan atau tak tumbuh menjadi negatif 2%.

Tambahan kasus Covid-19 di Indonesia pada Rabu (30/9) masih mencapai 4.284 sehingga total menjadi 287.008. Sebanyak 214.947 pasien dinyatakan sembuh dan 10.740 orang meninggal dunia. Masih terdapat kasus aktif mencapai 61.321 orang.

Kondisi internal, menurut Bank Dunia, menjadi kunci utama pemulihan ekonomi Indonesia. Ini karena perekonomian domestik paling banyak dikontribusikan oleh konsumsi rumah tangga.

Bank Dunia pun memberikan tujuh saran bagi negara kawasan Asia Timur dan Pasifik, termasuk Indonesa untuk memulihkan ekonomi.

Pertama, meningkatkan kapasitas pencegahan penyebaran Covid-19 secara cerdas tanpa menganggu ekonomi. Pada saat yang sama, kerja sama internasional untuk menemukan vaksin dan persiapan pendistribusian juga perlu dilakukan.

Kedua, memulai reformasi fiskal yang memungkinkan belanja lebih besar untuk memberikan bantuan tanpa perlu mengorbankan investasi publik.

Ketiga, menjaga reputasi terkait kehati-hatian di bidang keuangan. Bank Dunia memperingatkan kebijakan BI membiayai utang pemerintah berisio merusak reputasi jika diteruskan hingga usai Pandemi Covid-19.

Keempat, perluasan perlindungan sosial terutama untuk masyarakat miskin yang sudah ada maupun baru. Kelima, merancang strategi bersekolah secara cerdas. Bank Dunia menilai sekolah daring dapat menciptakan kerugian jangka panjang bagi para siswa.

Keenam, dukungan kepada perusahaan untuk mencegah kepailitan dan pengangguran. Ketujuh, memperkuat reformasi di bidang perdagangan.

Lembaga ini juga menilai pemulihan ekonomi Tiongkok yang berlangsung dengan cepat masih rapuh. Permintaan domestik masih lemah,
harga komoditas rendah, dan pariwisata yang terbatas telah menyebabkan impor menyusut bahkan ketika ekspor melonjak.

Rasio neraca transaksi berjalan terhadap PDB nominal melonjak menjadi 3,4 persen pada kuartal II 2020, level tertinggi sejak 2012.

"Pemulihan ini antara lain mencerminkan respons kebijakan fiskal yang difokuskan pada pengurangan dampak pada perusahaan dan peningkatan investasi publik, sedangkan dukungan untuk rumah tangga dan konsumsi relatif terbatas," tulis Bank Dunia.

Pemulihan yang tidak seimbang menimbulkan risiko bagi tujuan jangka panjang Tiongkok untuk menyeimbangkan kembali ekonomi yang selama ini didorong ekspor dan investasi menjadi lebih didorong konsumsi. Penyeimbangan kembali seperti itu akan membuat pemulihan Tiongkok lebih berkelanjutan, mengurangi ketidakseimbangan eksternal.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria