Defisit Transaksi Berjalan Menciut 0,4% PDB, Neraca Pembayaran Surplus

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Ilustrasi. Neraca pembayaran Indonesia pada 2020 mencatatkan surplus sebesar US$ 2,6 miliar.
19/2/2021, 14.01 WIB

Sementara itu, defisit neraca jasa meningkat terutama disebabkan oleh defisit jasa telekomunikasi, komputer, dan informasi, serta defisit jasa transportasi yang melebar akibat peningkatan pembayaran jasa freight seiring kenaikan impor barang.

Perbaikan ekonomi domestik pada triwulan IV 2020 mempengaruhi kenaikan pembayaran imbal hasil atas investasi langsung. Ini menyebabkan defisit neraca pendapatan primer meningkat.

Transaksi modal dan finansial pada triwulan IV 2020 ditopang terutama oleh surplus investasi langsung dan investasi portofolio. Aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi langsung dan investasi portofolio makin meningkat pada kuartal IV 2020.

Peningkatan aliran modal asing tersebut seiring dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang menurun dan persepsi positif investor terhadap prospek perbaikan ekonomi domestik yang tetap terjaga. Surplus investasi langsung mencapai US$ 4,2 miliar, meningkat dari triwulan sebelumnya, terutama dalam bentuk instrumen modal ekuitas.

Aktivitas ekspor dan impor yang menurun imbas pandemi menjadi salah satu faktor yang mendorong surplus neraca pembayaran Indonesia pada 2020. (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/wsj.)

Selain itu, tercatat net inflows sebesar US$ 2,2 miiar ke investasi portofolio RI pada triwulan IV 2020, setelah pada triwulan sebelumnya terjadi net outflows US$ 1,9 miliar. Perkembangan positif itu terutama didorong oleh aliran modal masuk neto pada surat utang negara berdenominasi rupiah.

Transaksi investasi lainnya defisit cukup besar akibat peningkatan pembayaran pinjaman yang jatuh tempo serta penempatan simpanan dan aset lainnya di luar negeri. Dengan perkembangan tersebut, transaksi modal dan finansial pada triwulan IV 2020 mencatat defisit US$ 900 juta atau 0,3% dari PDB.

Proyeksi Neraca Pembayaran 2021

Ekonom Senior Center Of Reform on Economics Yusuf Rendy Manilet memperkirakan neraca transaksi berjalan akan kembali mengalami surplus pada kuartal I 2021. Dengan demikian, kondisi tersebut akan kembali menopang neraca pembayaran.

Surplus neraca transaksi berjalan akan didorong pertumbuhan impor yang masih akan berada pada level negatif pada kuartal I 2021. Ini karena pelaku usaha masih akan menahan laju ekspansi mereka akibat permintaan pasar yang masih lemah.

"Akibatnya impor bahan baku dan barang modal masih akan melanjutkan kondisi seperti di bulan Januari lalu," ujar Yusuf kepada Katadata.co.id, Jumat (19/2).

Sementara, neraca transaksi jasa akan dipengaruhi oleh neraca jasa perjalanan yang defisitnya juga akan lebih mengecil dibandingkan kuartal sebelumnya. Hal ini didasarkan akan aktivitas perdagangan ekspor dan impor yang relatif lebih rendah dibandingkan peridoe sebelumnya.

Ia melanjutkan, aktivitas perdagangan yang kemungkinan lebih rendah pada kuartal pertama tahun ini akan mempengaruhi jasa pembayaran freight yang lebih rendah. Sementara jasa perjalanan juga akan lebih rendah karena periode liburan kuartal I 2021 tidak lebih banyak dibandingkan kuartal sebelumnya.

"Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Jawa dan Bali juga ikut menurunkan kunjungan perjalanan wisata," kata dia.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria