Peneliti Soroti Tiga Penyebab Realisasi Bansos di Daerah Rendah

ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/aww.
Petugas mengemas sembako dalam satu dus di Gudang milik Perum Bulog di Gedebage, Bandung, Jawa Barat, Rabu (8/7/2020).
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Lavinda
27/7/2021, 10.35 WIB

Sementara itu, penyaluran anggaran biasanya memerlukan proses verifikasi yang panjang untuk mendukung prinsip kehati-hatian. Menurutnya hal ini aspek yang penting, namun pemerintah juga perlu mempertimbangkan adanya kebutuhan yang prioritas dalam kondisi mendesak seperti sekarang.

Ketiga, faktor yang juga ikut memperlambat realisasi anggaran daerah karena kebiasaan pemda yang baru akan mempercepat realisasi di akhir periode. Hal ini kata Dhenny bukan hanya terjadi di daerah melainkan juga menjangkiti birokrasi di tingkat pusat.

Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam sebuah konferensi pers virtual minggu lalu menyoroti realisasi anggaran daerah untuk bantuan sosial masyarakat masih sangat minim. Bantuan tersebut terdiri dari anggaran perlindungan sosial dan pemberdayaan ekonomi yang masing-masing baru terserap Rp 2,3 triliun.

"Realisasi anggaran ini masih sangat kecil. Untuk perlindungan sosial baru 19,2%, sedangkan untuk pemberdayaan ekonomi baru 17,2%, padahal ini sudah bulan Juli, " kata Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual pada Sabtu, (17/7).

Anggaran ini berasal dari alokasi wajib yang harus ditetapkan daerah dari dana transfer umum (DTU). Anggaran bantuan ini rencananya akan dialokasikan untuk bansos masyarakat terdampak Rp 6,9 triliun, pemberian makanan tambahan dan perlindungan sosial lainnya Rp 5,2 triliun, pemberdayaan UMKM Rp 2,3 triliun, dan subsidi pertanian dan pemberdayaan ekonomi lainnya Rp 11 triliun.

Sementara itu, masih rendahnya penyerapan anggaran untuk bansos, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) juga mencatat anggaran daerah yang mengendap di perbankan justru semakin banyak. Pada Juni tahun ini dana Pemda yang tersimpan di perbankan mencapai Rp 190 triliun, jumlahnya naik dibandingkan bulan sebelumnya Rp 172 triliun kendati demikian masih sedikit lebih rendah dari periode yang sama tahun lali Rp 196 triliun.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said