Daya Beli Pulih, Konsumsi Rumah Tangga Tumbuh 5,93% pada Kuartal II
Daya beli masyarakat pulih pada kuartal kedua tahun ini, tercermin dari konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,93% dibandingkan kuartal II 2020. Konsumsi rumah tangga dan investasi menyumbang porsi terbesar dalam produk domestik bruto (PDB) mencapai 84,93%.
Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan, seluruh komponen pembentuk PDB berdasarkan pengeluaran tumbuh positif. Konsumsi rumah tangga dan investasi yang menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi tumbuh masing-masing 5,93% year on year (yoy) dan 7,54% yoy.
"Semua komponen pengeluaran tumbuh positif. Tertinggi pada ekspor tumbuh 31,78%, impor 31,22%, konsumsi pemerintah 8,06%, dan konsumsi LNPRT (lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga) tumbuh 4,12%," ujar Margo dalam Konferensi Pers, Kamis (5/8).
Ia menjelaskan, fenomena yang mendukung pertumbuhan konsumsi rumah tangga, antara lain indeks keyakinan konsumen (IKK) yang mencapai 104,42. Ini menunjukkan bahwa konsumen meyakini ekonomi membaik. "Pada kuartal II tahun lalu, IKK hanya 82,14 atau di bawah 100. Artinya, masyarakat memandang ekonomi mengalami penurunan," katanya.
Selain itu, Penguatan terjadi pada kelompok penjualan, yakni makanan, minuman, suku cadang dan aksesoris, bahan bakar kendaraan, serta barang lainnya. "Penjualan wholesale mobil penumpang dan sepeda motor masing-masing tumbuh 904,32% dan 268,64%," katanya.
Margo juga menjelaskan, bantuan sosial tunai yang diberikan pemerintah turut membantu pertumbuhan konsumsi rumah tangga. BST menjadi tambahan pendapatan bagi masyarakat untuk melakukan konsumsi. "BST dipakai rumah tangga untuk konsumsi. Namun kalau lihat dari data, untuk bansos tunai, ada kontraksi 59,2% pada kuartal II 2021 dibandingkan kuartal II 2020," ujarnya.
Sementara itu, pertumbuhan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi pada kuartal II, antara lain didukung oleh realisasi belanja modal APBN yang tumbuh 45,56% pada kuartal II. Realisasi investasi yang dicatat Badan Koordinasi Penanaman Modal juga tumbuh 16,2%.
"Pertumbuhan barang modal kendaraan juga mengalami perbaikan. Seluruh jenis barang modal juga meningkat, baik domestik maupun impor," ujarnya.
Margo juga menjelaskan, konsumsi pemerintah yang tumbuh pada kuartal kedua didukung oleh realisasi belanja barang dan pegawai yang tumbuh 82,10% dan 19,79%. Pemerintah pada kuartal kedua, antara lain membayarkan THR dan gaji ke-13 PNS.
Adapun ekspor dan impor yang tumbuh melesat pada kuartal ketiga dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang membaik di negara-negara mitra dagang Indonesia. Harga komoditas pangan maupun tambang di pasar internasional juga meningkat.
"Ekonomi beberapa negara mitra pada kuartal II juga positif. Tiongkok tumbuh 7,9%, Amerika Serikat 12,2%, Singapura 14,3%, Korea Selatan tumbuh 5,9%," ujarnya.
Ia mengatakan, ekspor pada kuartal II tumbuuh mencapai 55,89% dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau 10,36% dibandingkan kuartal I. Impor juga naik 50,21% dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau 9,98% dibandingkan kuartal I.
"Peningkatan ekspor dan impor memberikan efek ganda pada sektor-sektor lain," katanya.
BPS mencatat ekonomi pada kuartal kedua secara keseluruhan tumbuh 7,07%, tertinggi sejak Desember 2004. Pertumbuhan ekonomi ini mengakhiri resesi ekonomi yang membelit Indonesia sejak setahun terakhir.